Explore-Indonesia

  • Home
  • City
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Hotels
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Travel
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Nature
  • History
  • food beverage
  • other category

Friday, October 31, 2014

Kalibiru

 Unknown     1:51 AM     Alam     No comments   

 Desa Wisata Kalibiru


      Desa Wisata Kalibiru adalah tempat wisata yang berada di atas Waduk Sermo, yang merupakan satu-satunya Waduk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wisata Kalibiru merupakan pengembangan dari adanya Wisata Alam Kalibiru.
Pengembangan ini perlu dilakukan mengingat semakin banyaknya permintaan dan tuntutan banyak pihak, khususnya para pengunjung Wisata Alam akan kebutuhan rekreasi yang menampilkan budaya dan kehidupan masyarakat lokal, yang masih belum mampu terpenuhi dari sisi Wisata Alam.
Jadi keberadaan Desa Wisata Kalibiru tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Wisata Alam di wilayah ini sebagai cikal bakal sekaligus andalan bagi Desa Wisata Kalibiru. Keberadaan Wisata Alam sendiri tidak lepas dari proses panjang pengelolaan kawasan hutan yang ada di Kulon Progo, yang pada akhirnya dikelola oleh masyarakat sekitar hutan dengan nama Hutan Kemasyarakatan (HKm).
Sementara Izin Pemanfaatan HKm juga tidak bisa dilepaskan dari Sejarah Hutan Negara yang ada di wilayah ini, karena keberadaan Hutan Negara menyimpan banyak cerita yang cukup mengesan, khususnya bagi penduduk di sekitarnya.

      Menuju ke Desa Wisata Kalibiru, Anda harus memiliki nyali yang besar. Betapa tidak, trek naik akan dirasakan saat Anda keatas menuju Kalibiru dari Waduk Sremo. Desa wisata ini terletak di Hargowilis KokapKulonprogo pada ketinggian 450 Mdpl dikawasan perbukitan Menoreh. Jadi bisa dipastikan kendaraan yang Anda bawa harus dalam keadaan prima.
Bila Anda memulai perjalanan dari Yogyakarta, waktu yang akan ditempuh berkisar antara 1- 1,5 jam atau sekitar 40 km. Saat Tim Gudegnet mencoba trek menuju desa wisata itu, papan nama yang menunjukkan ke lokasi desa wisata sudah terpasang dengan jelas dan rapi. Sehingga, Anda bisa menuju Kalibiru tanpa harus tersesat.

      Beragam aktivitas bisa dinikmati seperti outbond, berwisata pedesaan, wisata budaya, wisata pendidikan, wisata keluarga, dan treking. Saat menuju bagian atas gardu pandang, Anda akan takjub menikmati pemandangan alam yang sangat memukai, garis pantai dan pemandangan Waduk Sremo akan senantiasa terlihat sangat apik.

      Cerita punya cerita, dahulu Desa Wisata Kalibiru ini dibuka pada era tahun 2008 oleh masyarakat setempat secara swadaya. Diawali dengan membangun jalan setapak kemudian pembangunan berbagai fasilitas lain seperti cottage, jogjo pertemuan, sarana MCK, gardu pandang, dan fasilitas flying fox.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Thursday, October 30, 2014

Gunung Api Purba

 Unknown     6:55 PM     Alam     No comments   

Indahnya Gunung Api Purba Yogyakarta
       Gunung api purba Nglanggeran memang purba sekali dengan usia 60 juta tahun yang lokasinya di wilayah Baturagung bagian utara Kabupaten Gunung Kidul dengan ketinggian sekitar 200 - 700 mdpl, terletak di Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk, 22 km dari Kota Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta. Lokasi di Gunung Kidul atau Gunung Selatan ini memang sesuai nama, dahulu kawasan ini banyak gunung - gunung dan pegunungan. Salah satu peninggalannya ialah gunung api purba, Nglanggeran.


       Kawasan ini konon merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan yang secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Berdasarkan hasil sejumlah penelitian dan referensi, gunung Nglanggeran adalah gunung berapi purba, yang keberadaanya jauh sebelum terbentuknya Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.
Nama Nglanggeran berasal dari kata planggaran yang bermakna setiap perilaku jahat pasti ketahuan. Ada pula yang menuturkan, nama bukit berketinggian 700 meter di atas permukaan laut ini dengan kata langgeng artinya desa yang aman dan tentram.
Selain sebutan tersebut, gunung yang tersusun dari banyak bebatuan ini dikenal dengan nama Gunung Wayang karena terdapat gunung / bebatuan yang menyerupai tokoh pewayangan. Menurut kepercayaan adat Jawa, Gunung Nglanggeran dijaga oleh Kyi Ongko Wijaya dan Punakawan. Punakawan dalam tokoh pewayangan tersebut, yakni Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong.


      Kepercayaan lain menyebutkan bahwa Gunung Nglanggeran sebagai Gunung Wahyu karena gunung tersebut diyakini sebagai sarana meditasi memperoleh wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa. Air dari gunung Nglanggeran sering diambil abdi dalem dari Kraton Yogyakarta sebagai sarana mohon ketentraman dan keselamatan semua masyarakat DIY. Tak heran, sebagian orang masih mengekeramatkan gunung tersebut. Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semedi di puncak gunung ini.

RUTE

Ada 2 jalur jalan untuk menuju Objek Wisata ini melalui jalan aspal yang mulus, jika dari arah Wonosari kita melewati Bunderan Sambipitu, ambil kanan arah ke dusun Bobung / kerajinan Topeng, kemudian menuju Desa Nglanggeran ( Pendopo Joglo Kalisong / Gunung Nglanggeran ). Jika dari arah Jogjakarta : Bukit Bintang Patuk, Radio GCD FM belok kiri kira - kira 7 KM ( arah desa Ngoro - oro lokasi stasiun - stasiun Transmisi ), menuju desa Nglanggeran ( Pendopo Joglo Kalisong / Gunung Nglanggeran ).

Kita sudah sering mendengar dan melihat gambar tentang manusia Purba, nah seperti apakah Gunung Berapi Purba? Lihat keindahan dan panorama alamnya di lokasi wisata ini. Bongkahan batu yang menjulang tinggi seperti gedung bertingkat dan mall yang dulunya merupakan gunung berapi aktif ( 60 juta tahun yang lalu ) sekarang dapat kita duduki sambil menghirup udara segar sambil berfoto - foto.

Ada bangunan Joglo ( Pendopo Joglo Kalisong ) di pintu masuk dan bila kita melangkah kejalan setapak untuk mendaki gunung, maka ada 3 bangunan gardu pandang sederhana dari ketinggian yang rendah, sedang sampai puncak gunung. Permadani hijau yang terhampar kala memandang ke bawah, melihat ladang, kebun, dan bangunan tower dan berbagai stasiun televisi yang jumlahnya cukup banyak, manambah keindahan alam. Lokasi ini sangat cocok untuk panjat tebing, tracking, jelajah wisata out bond, makrab, dan berkemah.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Monumen Jogja Kembali

 Unknown     6:35 AM     Kota     No comments   


       Monumen Jogja Kembali merupakan ikon tempat wisata diYogyakarta selain Keraton Yogyakarta. Monjali mulai dibangun pada 29 Juni 1985.
Mengunjungi Monumen Jogja Kembali seperti kita sednag mengulang kembali pelajasarn sejarahdi bangku SD, SMP, hingga SMA. Monjali merupakan monumen yang sengaja dibangun untuk memperingati perebutan kembali Kota Yogyakarta setelah Belanda kembali menjajah Indonesia pasca 1945. Perebutan kembali Yogyakarta ke pangkuan ibu pertiwi ini menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar berdaulat dan tidak mau dijajah. Praktis, penjajanh Belanda kalah sebagai pecundang dan Yogya kembali ke Indonesia. Oleh karenanya dinamakan Monumen Jogja Kembali.


Melihat sisi historinya, monjali memiliki kemiripan dengan Museum Gedung Juang 45 di Jakarta.Gedung Juang 45 menceritakan perjuangan Indonesia untuk membuktikan eksistensi di mata dunia antara tahun 1945-1950. Gedung Juang 45 menjadi tempatawisata sejarah museum di Jakarta.
Tak kurang dari 1000 koleksi diorama yang mengisahkan Serangan Umum 1 Maret 1949. Bangunan Monjali tampak unik. Saat menyusuri Ring Road Utara, dari kejauhan sudah tampak bangunan berbentuk tumpeng berwarna putih dengan tinggi sekitar 32 meter. Itulah Monumen Jogja Kembali. Di bagian luar monumen sebelum pintu masuk, terdapat dua buah pesawat yang digunakan dalam pembebasan Yogyakarta, pesawat Curen. Ada juga meriam bergerak dipajang disana.


     Monjali dibangun diatas lahan seluas 5,6 hektar. Sebagaimana filosofi jawa kuno, Monjali didesain dengan empat pintu masuk sesuai arah mata angin.Pintu barat dan timur menuju museum di lantai satu. Pintu utara dan selatan menuju musuem di lantai dua. Museum di lantai dua berisi relief dan diorama. Monumen Jogja Kembali berlantai tiga. Satu lantai teratas adalah ruang hening yang hanya berisi Bendera Merah Putih perlambang Indonesia dan sekaligus menghayati perjuangan yang tergambar di lantai satu dan dua. Dan jika ditarik garis lurus dari udara, Monnjali berada pada garis lurus antara lokasi Keraton Yogyakarta, Tugu Yogyakarta,dan Gunung Merapi.

      Monumen Jogja kembali merupakan tempat wisata dengan nuansa edukasi dan heroik. Heroik karena di sana bisa ditemukan benda bersejarah seperti dokar dan tandu Jendral Soedirman, jas Sultan Hamengku Buwono IX,hingga diorama dapur umum para pejuang.Sisi edukasinya sangat cocok untuk mengenalkan langsung para pelajar dalam mengenang jasa dan pengorbanan pahlawan terdahulu. Dengan ini, mereka akan merasa malu jika kelak menjadi koruptor, pengemplang pajak, tidak taat beribadah, dan berbagai perilaku merusak negara lainnya.
Tentang taat beribadah, banyak pahlawan pejuang kemerdekaan yang merupakan santri dan ulama. Mereka tidak akan takut mati jika landasanbrperang bukan karena Jihad Fii Sabilillah. Jendral Soedirman adalah seorang ulama kharismatik dan masih mengalir darah Muhammadiyah pada diri beliau.

        Monumen Jogja Kembali terletak di Jalan Lingkar Utara (RIng Road Utara), di Kelurahan Jongkang, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Dengan posisi yang strategis ini, Monjali bisa diakses dari manapun baik dengan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
Ada petikan kalimat Jendral Soedirman yang menggetarkan jiwa dan dipajang dalam sebuah figura sederhana di Monjali. Jendral Soedirman berpesan, “Dalam menghadapi keadaan apapun, jangan lengah sebab kelengahan menimbulkan kelemahan dan kelemahan menimbulkan kekalahan sedang kekalahan menimbulkan penderitaan”.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Wednesday, October 29, 2014

Taman Sari

 Unknown     7:51 PM     Kota     No comments   

Taman Sari Yogyakarta


Taman sari yogyakarta | Umbul Pasiraman
Taman Sari Jogja atau Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Water Castle adalah salah satu obyek wisata sejarah di Yogyakarta yang sangat terkenal dan sangat banyak dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

Bentuk arsitekturnya yang sangat unik membuat situs sejarah yang juga disebut sebagai Istana Air Taman Sari Jogja Yogyakarta ini juga menjadi cagar budaya di Yogyakarta.

Hampir semua turis yang mengunjungi Yogyakarta bisa dipastikan tidak akan ketinggalan juga mengunjungi Taman Sari Jogja Yogyakarta ini. --Taman Sari Yogyakarta

Lokasi Taman Sari Jogja (Taman Sari Yogyakarta)

Taman Sari Jogja Yogyakarta terletak di pusat Kota yogyakarta tepatnya berada di dalam komplek Benteng Keraton Yongyakarta, persis di sebelah barat Keraton Yogyakarta. Dari alun-alun utara Keraton Yogyakarta tempat ini bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki saja. Atau apabila hendak menggunakan alat transportasi umum juga telah tersedia bermacam alat angkutan umum seperti becak, andong, bus kota, dan lain sebagainya. Taman Sari membentang dari barat ke timur, dengan pintu utama dahulunya di sebelah barat.  --Taman Sari Yogyakarta

Apa itu Taman Sari Jogja (Taman Sari Yogyakarta)?

Mungkin ada sebagian dari anda yang belum pernah berkunjung ke Taman Sari Yogyakarta. Sebagai informasi, Taman Sari Jogja adalah sebuah bangunan yang pada awal dibangunnya pada tahun digunakan sebagai istana berupa taman sebagai tempat rekreasi bagi raja Yogyakarta beserta keluarganya.

Sejarah Singkat Taman Sari Jogja (Taman Sari Yogyakarta)

Taman Sari Jogja dibangun pada masa pemerintaha Sultan Hamengku Buwono I, antara tahun 1758 sampai dengan tahun 1765. Istana Air Taman Sari Yogyakarta dibangun dengan luas keseluruhan sekitar 10 hektar berupa 57 bangunan berupa taman, kamar, kolam pemandian, danau buatan, pulau terapung, tempat ibadah, jembatan gantung, kanal air, dan juga lorong bawah tanah. Taman Sari Jogja diyakini berdiri diatas Pesanggrahan Garjitawati yang konon adalah merupakan istana lama Keraton Yogyakarta. -- Sejarah Tamansari Yogyakarta.

Fungsi Taman Sari Jogja (Taman Sari Yogyakarta)

Pada masa lampau Taman Sari Jogja memiliki fungsi sebagai taman istana atau kebun istana tempat berekreasi raja beserta keluarganya. Namun berdasar beberapa penilitian terungkap bahwa sebenarnya selain berfungsi sebagai taman istana, namun Taman Sari Yogyakarta juga diyakini berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir raja dari musuh.

Hal ini sedikit banyak tampak pada bentuk bangunan yang tertutup rapat dikelilingi oleh tembok benteng yang tinggi. Dan juga tempat ini dahulunya dikelilingi oleh air yang danau buatan. Selain itu pula di sini terdapat beberapa bangunan dan juga lorong-lorong bawah tanah yang berada juga di bawah air. Lorong-lorong bawah tanah ini diyakini digunakan sebagai sarana untuk melarikan diri keluarga kerajaan apabila terdesak oleh serangan musuh.

Bangunan Taman Sari Jogja (Taman Sari Yogyakarta)


1. Pulo Kenongo
Pulo kenongo merupakan sebuah pulau buatandi Taman Sari Yogyakarta yang dilengkapi dengan bangunan berupa gedung yang memiliki 2 tingkat yang sering disebut sebagai “Gedung Kenongo”.

Gedung ini memiliki beberapa ruangan, dan dari ruangan yang paling atas kita bisa melihat seluruh wilayah Keraton Yogyakarta. Sehingga bangunan menara di Taman Sari Jogja ini juga bisa berfungsi sebagai menara pengawas. Dan karena dikelilingi oleh danau buatan, maka bangunan ini seakan mengapung di atas air.




2. Pulo Cemethi
Pulo Cemethi yang juga disebut sebagai “Pulo Panembung” ini berupa bangunan besar dengan dua lantai. Di tempat inilah konon Sultan sering bermeditasi. Pulo Cemethi ini terletak di sebelah selatan Pulo Kenongo, dan untuk mencapainya harus melalui sebuah terowongan bawah tanah.



3. Sumur Gumuling
Sumur Gumuling terletak tepat di sebelah barat Pulo Kenongo, dan pada jaman dahulu untuk mencapainya hanya bisa melalui sebuah terowongan bawah tanah. Sumur Gumuling ini berfungsi sebagai tempat ibadah Sultan di Taman Sari Jogja.
Bangunan di Taman Sari Yogyakarta ini mempunyai dua lantai berbentuk bundar seperti sumur raksasa, yang dilengkapi dengan ceruk untuk beribadah. Bagian tengah sumur adalah ruangan kosong, dan terdapat 4 buah undak-undakan kecil yang bertemu di tengah. Dan di bagian tengah pertemuan empat undakan itu terdapat sebuah undakan lagi yang menuju ke lantai dua.

4. Gedhong Gapura Hageng
Gedhong Gapura Hageng merupakan pintu gerbang utama Taman Sari Jogja Yogyakarta yang ada di ujung sebelah barat. Ini karena pada awalnya Istana Air Taman Sari ini menghadap ke barat. Walaupun sekarang pengunjung masuk melalui pintu utama di sebelah timur.
Gedhong Gapura Hageng memiliki ruangan dengan dua tingkat, dan dihiasi dengan relief yang menggambarkan angka tahun selesainya pembangunan Taman Sari Yogyakarta yaitu tahun 1765.

5. Gedhong Lopak-lopak
Gedhong Lopak-lopak sekarang sudah tidak ada lagi. Tempat ini dahulunya adalah sebuah bangunan menara tinggi dengan 2 lantainya. Namun saat ini di tempat ini kita hanya bisa menyaksikan 2 buah pot besar dengan reruntuhan pintu gerbang menuju “Umbul Pasiraman” atau “Umbul Binangun”.


6. Umbul Binangun atau Umbul Pasiraman
Umbul Pasiraman adalah sebuah taman pemandian bagi raja beserta keluarganya di komplek Taman Sari Yogyakarta. Umbul Binangun ini cukup besar dengan du buah pintu gerbang di sisi barat dan timur. Umbul Pasiraman terdiri dari 3 buah kolam pemandian yang diberi nama “Umbul Muncar”, “Blumbang Kuras”, dan “Umbul Binangun”.

Ketiga kolam di Taman Sari Yogyakarta ini dihiasi dengan air mancur berbentuk jamur. Di sekeliling kolam terdapat beberapa hiasan berupa pot-pot bunga besar. Umbul Binangun khusus dipakai oleh raja beserta istrinya.


Bagian utara Taman Sari Jogja berdiri sebuah bangunan yang konon digunakan sebagai tempat beristirahat dan tempat untuk berganti pakaian bagi para istri dan anak-anak. Sedangkan bangunan di bagian selatan adalah bangunan yang khusus untuk Raja. Bangunan ini dilengkapi dengan menara 3 lantai yang digunakan raja untuk mengamati para putri maupun selirnya yang sedang berenang di bawah.

Konon Umbul Pasiraman ini adalah kolam pemandian yang khusus hanya digunakan oleh raja dan para wanita yaitu isteri, selir, dan anak-anak perempuan. Dan konon semua wanita yang akan berenang di kolam Taman Sari Yogyakarta diharuskan bertelanjang, oleh sebab itulah maka di tempat ini para lelaki dilarang masuk.



7. Gedhong Sekawan
Gedhong Sekawan berada di sebelah timur Umbul Pasiraman, berupa sebuah halaman dengan empat buah bangunan yang dahulunya digunakan untuk beristirahat sang raja.


8. Gedhong Gapuro Panggung
Gedhong Gapuro Panggung ini adalah bangunan gapura seperti Gedhong Gapuro Hageng, berada di sebelah timur Gedhong Sekawan. Gedhong Gapuro Panggung ini sekarang digunakan sebagai pintu masuk bagi para wisatawan menuju Taman Sari Yogyakarta.
Bangunan ini berupa gapura dengan dua tingkat yang juga dihiasi dengan relief ular yang menggambarkan tahun saat dibangunnya Taman Sari Jogja yaitu tahun 1758.


9. Gedhong Temanten
Gedhong Temanten terletak di sebelah timur Gedhong Gapuro Panggang, dan konon berfungsi sebagai tempat penjagaan.


Itulah beberapa bangunan yang ada di Taman Sari Jogja Yogyakarta yang diantaranya masih bertahan sampai dengan saat ini.


Bangunan Yang Sudah Hilang Di Taman Sari Jogja (Taman Sari Yogyakarta)

Sebenarnya masih ada banyak lagi bangunan yang ada di Taman Sari Jogja Yogyakarta ini. Namun kebanyakan sudah hancur dan tidak ada lagi bekasnya. Namun dari beberapa penelitian, terungkap bahwa ada beberapa bangunan lainnya yang sebenarnya ada di kompleks Taman Sari Yogyakarta ini, diantaranya :
•             Kompleks Pasarean Dalem Ledok Sari, yang digunakan sebagai tempat beristirahat raja dan permaisuri.
•             Kompleks Kolam Garjitawati
•             Dapur
•             Gudang
•             2 buah kolam bagi pelayan
•             Taman
•             Kebun sayuran
•             Jembatan gantung (masih sedikit tersisa)
•             Dermaga (masih sedikit tersisa)
•             Pulau buatan “Pulo Kinupeng”
•             Gedhong Gading (menara kota)
•             Kanal besar
•             Dan masih banyak bangunan lainnya di Taman Sari Jogja atau Taman Sari Yogyakarta ini.

Semoga dapat bermanfaat
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Tugu Yogyakarta

 Unknown     6:39 AM     Kota     No comments   

Tugu Jogja Daerah Istimewa Yogyakarta


           Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman sejarah kota Yogyakarta.
 Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu, tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig

Tugu Yogyakarta

Secara rinci, bangunan Tugu Jogja saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar sementara bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25 meter.
Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Bisa dikatakan, saat tugu runtuh ini merupakan keadaan transisi, sebelum makna persatuan benar-benar tak tercermin pada bangunan tugu.
Keadaan benar-benar berubah pada tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi 15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

       Perombakan bangunan itu sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja. Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil.
Bila anda ingin memandang Tugu Jogja sepuasnya sambil mengenang makna filosofisnya, tersedia bangku yang menghadap ke tugu di pojok Jl. Pangeran Mangkubumi. Pukul 05.00 - 06.00 pagi hari merupakan saat yang tepat, saat udara masih segar dan belum banyak kendaraan bermotor yang lalu lalang. Sesekali mungkin anda akan disapa dengan senyum ramah loper koran yang hendak menuju kantor sirkulasi harian Kedaulatan Rakyat.
Begitu identiknya Tugu Jogja dengan Kota Yogyakarta, membuat banyak mahasiswa perantau mengungkapkan rasa senangnya setelah dinyatakan lulus kuliah dengan memeluk atau mencium Tugu Jogja. Mungkin hal itu juga sebagai ungkapan sayang kepada Kota Yogyakarta yang akan segera ditinggalkannya, sekaligus ikrar bahwa suatu saat nanti ia pasti akan mengunjungi kota tercinta ini lagi.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Tuesday, October 28, 2014

Malioboro

 Unknown     11:37 PM     Kota     No comments   

  Jl. Malioboro, Yogyakarta, Indonesia

Jl. Malioboro
Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.
Matahari bersinar terik saat ribuan orang berdesak-desakan di sepanjang Jalan Malioboro. Mereka tidak hanya berdiri di trotoar namun meluber hingga badan jalan. Suasana begitu gaduh dan riuh. Tawa yang membuncah, jerit klakson mobil, alunan gamelan kaset, hingga teriakan pedagang yang menjajakan makanan dan mainan anak-anak berbaur menjadi satu. Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya rombongan kirab yang ditunggu pun muncul. Diawali oleh Bregada Prajurit Lombok Abang, iring-iringan kereta kencana mulai berjalan pelan. Kilatan blitz kamera dan gemuruh tepuk tangan menyambut saat pasangan pengantin lewat. Semua berdesakan ingin menyakasikan pasangan GKR Bendara dan KPH Yudhanegara yang terus melambaikan tangan dan menebarkan senyum ramah.

Menikmati pengalaman berbelanja, berburu cinderamata khas Jogja, wisatawan bisa berjalan kaki sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Di sini akan ditemui banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya. Mulai dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat perdagangan lain.
Itulah pemandangan yang terlihat saat rombongan kirab pawiwahan ageng putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X lewat dari Keraton Yogyakarta menuju Bangsal Kepatihan. Ribuan orang berjejalan memenuhi Jalan Malioboro yang membentang dari utara ke selatan. Dalam bahasa Sansekerta, malioboro berarti jalan karangan bunga karena pada zaman dulu ketika Keraton mengadakan acara, jalan sepanjang 1 km ini akan dipenuhi karangan bunga. Meski waktu terus bergulir dan jaman telah berubah, posisi Malioboro sebagai jalan utama tempat dilangsungkannya aneka kirab dan perayaan tidak pernah berubah. Hingga saat ini Malioboro, Benteng Vredeburg, dan Titik Nol masih menjadi tempat dilangsungkannya beragam karnaval mulai dari gelaran Jogja Java Carnival, Pekan Budaya Tionghoa, Festival Kesenian Yogyakarta, Karnaval Malioboro, dan masih banyak lainnya.
Sebelum berubah menjadi jalanan yang ramai, Malioboro hanyalah ruas jalan yang sepi dengan pohon asam tumbuh di kanan dan kirinya. Jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke Keraton atau kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan (Kantor DPRD). Namun keberadaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian di kawasan tersebut. Kelompok Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu.
Melihat Malioboro yang berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja, seorang kawan berujar bahwa Malioboro merupakan baby talk dari "mari yok borong". Di Malioboro Anda bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cinderamata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Bagi penggemar cinderamata, Malioboro menjadi surga perburuan yang asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri. Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa pulang dengan harga yang terbilang murah.
Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian dari sumbu imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi ini pernah menjadi sarang serta panggung pertunjukan para seniman Malioboro pimpinan Umbu Landu Paranggi. Dari mereka pulalah budaya duduk lesehan di trotoar dipopulerkan yang akhirnya mengakar dan sangat identik dengan Malioboro. Menikmati makan malam yang romantis di warung lesehan sembari mendengarkan pengamen jalanan mendendangkan lagu "Yogyakarta" milik Kla Project akan menjadi pengalaman yang sangat membekas di hati.
Malioboro adalah rangkaian sejarah, kisah, dan kenangan yang saling berkelindan di tiap benak orang yang pernah menyambanginya. Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Malioboro terus berpendar hingga kini dan menginspirasi banyak orang, serta memaksa mereka untuk terus kembali ke Yogyakarta. Seperti kalimat awal yang ada dalam sajak Melodia karya Umbu Landu Paranggi "Cintalah yang membuat diriku betah sesekali bertahan", kenangan dan kecintaan banyak orang terhadap Malioboro lah yang membuat ruas jalan ini terus bertahan hingga kini.
Keterangan: Karnaval dan acara yang berlangsung di Kawasan Malioboro biasanya bersifat insidental dengan waktu pelaksanaan yang tidak menentu. Namun ada beberapa kegiatan yang rutin diselenggarakan setiap tahun seperti Festival Kesenian Yogyakarta pada bulan Juni hingga Juli, serta Pekan Kebudayaan Tionghoa yang dilaksanakan berdekatan dengan perayaan tahun baru China (Imlek).
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Candi Borobudur

 Unknown     10:32 AM     Sejarah     No comments   

Candi Borobudur

        Candi Borobudur merupakan satu-satunya candi budha terbesar di dunia sampai saat ini. Meskipun sekarang sudah tidak lagi menyandang sebagai tujuh keajaiban dunia, namun Candi yang satu ini tetap menjadi nomor satu di kalangan para wisatawan domestik maupun mancanegara untuk dikunjungi.

       Candi Borobudhur ini dibangun oleh seseorang bernama Samaratungga, merupakan seorang raja kerajaan Mataram Kuni yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-8 M. Keberadaan candi ini pertama kali diketahui oleh Thomas Stanford Rafles sekitar tahun 1814. Ketika itu, pertama kali candi borobudhur ini ditemukan dalam keadaan berserakan dan terpendam tanah. Candi yang memiliki 10 tingkat ini sebenarnya mempunyai tinggi secara keseluruhan yaitu 42 meter. Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi borobudhur ini hanya mencapai 34,5 meter dengan luas secara keseluruhan yaitu 123x123 meter atau 15.129 m2. Setiap tingkat lantainya, dari lantai paling bawah hingga lantai keenam berbentuk persegi, sedangkan lantai ketujuh sampai terakhir (lantai ke sepuluh) berbentuk bulat.
Candi Borobudhur merupakan candi Buddha terbesar pada abad ke-9 M. Menurut Prasasti Kayumwungan, candi ini terungkap dalam pembangunannya, selesai dibuat pada 26 Mei 824, atau hampir 100 tahun semenjak mulai awal dibangun. Konon arti dari Borobudhur itu sendiri maksudnya gunung yang berteras-teras atau bisa juga disebut dengan budhara. Pendapat lain tentang candi Borobudhur yaitu bahwa candi borobudhur berarti biara yang terletak di tempat yang tinggi.

          Beberapa ahli mengatakan bahwa letak Candi Borobudur berada pada ketinggian 235 meter dari permukaan laut. Pemikiran itu berdasarkan studi dari paraa ahli Geologi membuktikan bahwa Candi Borobudhur pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang besar sehingga sebagian besar desa-desa yang berada di sekitar Candi berada pada ketinggian yang sama, termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.
      Berdasarkan Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan bahwa Borobudhur merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Di mana dalam prasasti tersebut mengandung kata “Kawula i Bhumi Sambhara” yang artinya asal kesucian dan Bhumi Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudhur tersebut. Setiap lantai pada Candi Borobudhur ini terdapat tema-tema yang berbeda karena pada setiap tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui setiap tahapan kehidupan. Pada setiap lantai di Candi Borobudhur terdapat relief-relief yang bila dibaca dengan runtut akan membawa kita memutari candi searah jarum jam.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Newer Posts Home

Popular Posts

  • Gunung Api Purba
    Indahnya Gunung Api Purba Yogyakarta        Gunung api purba Nglanggeran memang purba sekali dengan usia 60 juta tahun yang lokasiny...
  • Candi Borobudur
    Candi Borobudur         Candi Borobudur merupakan satu-satunya candi budha terbesar di dunia sampai saat ini. Meskipun sekarang sudah...
  • Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman
          Sejarah singkat Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman terletak di Jalan Bintaran Wetan 3, Yogyakarta. Pada masa kolonial Belanda,...
  • Monumen Jogja Kembali
           Monumen Jogja Kembali merupakan ikon tempat wisata diYogyakarta selain Keraton Yogyakarta. Monjali mulai dibangun pada 29 Juni 19...
  • Taman Sari
    Taman Sari Yogyakarta Taman sari yogyakarta | Umbul Pasiraman Taman Sari Jogja atau Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Wa...

Categories

  • Alam
  • History
  • HotelsYogyakarta
  • Jogja
  • Kota
  • Nature
  • Pantai
  • Sejarah

Blog Archive

  • May (6)
  • November (51)
  • October (7)

Total Pageviews

Labels

  • Alam
  • History
  • HotelsYogyakarta
  • Jogja
  • Kota
  • Nature
  • Pantai
  • Sejarah

Contributors

  • Unknown
  • Unknown

Followers

Sample Text

/*
*/

Copyright © Explore-Indonesia | Powered by Blogger
Design by Andy Sanjaya | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Andy Sanjaya