Explore-Indonesia

  • Home
  • City
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Hotels
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Travel
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Nature
  • History
  • food beverage
  • other category

Tuesday, November 25, 2014

Museum Tani bantul

 Unknown     5:03 PM     History     1 comment   



      Budaya bertani, kurang begitu popular bagi generasi penerus. Namun, hal itu tak mematikan semangat seorang Kristya Bintara dalam mendirikan Museum Tani Jawa Jogjakarta. Melalui museum ini, dia konsisten melestarikan tradisi budaya pertanian gaya Jawa.

      SUASANA asri menyambut Radar Jogja saat memasuki Candran Kebinagung Imogiri Bantul, Jumat siang (10/10). Hamparan pematang sawah menyejukkan mata siang itu. Hijaunya padi mampu mengalahkan terik matahari yang menyengat. Memasuki gapura desa, puluhan memedi sawah terpasang di beberapa areal persawahan seluas 20 hektare. Tepat di ujung jalan, sebuah bangunan berukuran 8 x 8 meter penuh dengan hiruk pikuk manusia. Ternyata siang itu Museum Tani Jawa Jogjakarta sedang ada gawe pembukaan Gebyar Museum 2014. Di tengah hiruk pikuk itu, nampak satu orang terlihat tegang, yakni Kepala Museum Tani Jawa Jogjakarta, Kristya Bintara. Ia terlihat sibuk mengatur beberapa persiapan.

      Begitu Radar Jogja mencoba menyapanya, senyum pun terkembang.
“Monggo mas, duduk di kursi kayu ini, sambil menikmati semilir angin sawah,” katanya. Mengawali obrolan, Kris -panggilan akrab Kristya- bercerita seputar sejarah museum. Museum sederhana ini digagas sejak 1998. Berdirinya bangunan berarsitektur Jawa ini merupakan wadah komunikasi pertanian tradisional gaya Jogjakarta.

      Menurut pria kelahiran Bantul, 25 Mei 1968 ini, bertani merupakan budaya yang sangat penting. Sedangkan pada waktu itu, museum yang memiliki konsentrasi pada pertanian, tidak ada. Atas inisitif ini pula, dirinya mendirikan museum tani Tujuan mendirikan museum ini, kata Kris, untuk mengomunikasikan budaya pertanian kepada generasi muda. Menu-rutnya, dalam budaya tani, banyak bilai-nilai luhur yang dapat dipelajari. “Tentang nilai kejuangan para petani yang menjunjung kejujuran, kesederhanaan dan bersahaja. Sosok petani adalah manusia yang selalu bersyukur pada sang pencipta. Ini tercermin dengan adanya budaya wiwitan sebelum panen, dan merti desa setelah panen raya,” tutur Kris. Suami perempuan bernama Rusmilah itu menyebut nilai-nilai seperti inilah yang perlu diwariskan. “Ini karena manusia lebih banyak menuntut tanpa menikmati dan berterima kasih atas apa yang diperolehnya,” ungkapnya.

      Tradisi ini, lanjutnya, tetap dilakukan oleh para petani bertradisi Jawa. Meski hasil panen sedikit, kekayaan khasanah tanah Jawa tetap dilangsungkan. Ini bukti bahwa budaya tradisi tetap menjadi pegangan dan tonggak bagi para petani. “Alangkah indahnya ketika nilai-nilai ini bisa dipahami, diterapkan dan dilestarikan. Tidak hanya untuk bertani, filosofi hidup ini juga sangat berman-faat pada kehidupan sehari-hari,” kata ayah dari Khoirun-nisa Candra ini. Selain memiliki misi menjaga nilai-nilai pertanian, Kris juga memberdayakan warga sekitar. Salah satunya dengan mendiri-kan paket wisata tradisi di desanya. Tujuannya untuk menghidupkan perekonomian masyarakat. Terlebih, warga Kebonagung mayoritas merupakan petani sehingga mata pencahariannya sangat bergantung pada tiga bulan sekali. Ini karena usia produktif memasuki masa panen, adalah setiap tiga bulan.
Dalam jangka waktu tiga bulan ini, pundi-pundi perekonomian tersendat. Alhasil banyak petani yang sangat bergantung pada hasil panen tiga bulan kemudian.
Konsep desa wisata yang diterapkan adalah dengan menguatkan nilai-nilai tradisi. “Sehingga menanam padi, menangkap ikan, belut dan bebek di sawah, menjadi kemasan wisata. Setiap wisatawan yang datang dapat menikmati proses pembuatan emping tradisional, lalu tempe alami, juga kekayaan tradisi lainnya,” paparnya.

      Selain itu, Kris juga menyelenggarakan Festival Memedi Sawah. Acara rutin tahunan ini mengajak para petani mengha-dirkan memedi sawah secara kreatif. Selain mengandung nilai seni, juga dapat mengundang lebih banyak pengunjung. Dengan ragam kegiatan ini, Kris dapat menjalankan visi misinya dalam bidang perta-nian. Pelestarian nilai pertanian dengan cara yang menyenang-kan dihadirkan. Imbasnya, baik pelaku atau penikmat, sama-sama mendapatkan nilai tentang pertanian. “Kampanye ini wajib kita galang terus bagi generasi muda. Dulu ada siswa SMP dari Jakarta bertanya pohon nasi itu seperti apa. Ini dilema karena kenyataannya ada yang tidak tahu wujud dari padi,” katanya.

      Kris berharap, ke depannya Museum Tani Jawa dapat menguatkan ketahanan pangan. Ia ingin Indonesia yang dulu terkenal sebagai lumbung Asia bangkit kembali. Ini karena pangan merupakan kekuatan penting dalam sebuah negara. Usahanya untuk menawarkan ke masyarakat masih dalam proses. Sejak tahun 1998 dicanang-kan dan diawali dari museum, Kris masih berusaha. Bahkan dirinya tidak menampik ada kendala dalam pengenalan program-program ini.
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Email ThisBlogThis!Share to XShare to Facebook
Newer Post Older Post Home

1 comment:

  1. UnknownAugust 12, 2018 at 6:37 PM

    wah bagus yah tempatnya..sangat menarik.
    Salam

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
Add comment
Load more...

Popular Posts

  • Gunung Api Purba
    Indahnya Gunung Api Purba Yogyakarta        Gunung api purba Nglanggeran memang purba sekali dengan usia 60 juta tahun yang lokasiny...
  • Candi Borobudur
    Candi Borobudur         Candi Borobudur merupakan satu-satunya candi budha terbesar di dunia sampai saat ini. Meskipun sekarang sudah...
  • Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman
          Sejarah singkat Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman terletak di Jalan Bintaran Wetan 3, Yogyakarta. Pada masa kolonial Belanda,...
  • Monumen Jogja Kembali
           Monumen Jogja Kembali merupakan ikon tempat wisata diYogyakarta selain Keraton Yogyakarta. Monjali mulai dibangun pada 29 Juni 19...
  • Taman Sari
    Taman Sari Yogyakarta Taman sari yogyakarta | Umbul Pasiraman Taman Sari Jogja atau Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Wa...

Categories

  • Alam
  • History
  • HotelsYogyakarta
  • Jogja
  • Kota
  • Nature
  • Pantai
  • Sejarah

Blog Archive

  • May (6)
  • November (51)
  • October (7)

Total Pageviews

Labels

  • Alam
  • History
  • HotelsYogyakarta
  • Jogja
  • Kota
  • Nature
  • Pantai
  • Sejarah

Contributors

  • Unknown
  • Unknown

Followers

Sample Text

/*
*/

Copyright © Explore-Indonesia | Powered by Blogger
Design by Andy Sanjaya | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Andy Sanjaya