Explore-Indonesia

  • Home
  • City
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Hotels
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Travel
    • Jakarta
    • Yogyakarta
    • Bali
    • Jawa
    • Sumatera
    • Kalimantan
    • Sulawesi
    • Papua
  • Nature
  • History
  • food beverage
  • other category

Tuesday, November 25, 2014

Museum Tani bantul

 Unknown     5:03 PM     History     1 comment   



      Budaya bertani, kurang begitu popular bagi generasi penerus. Namun, hal itu tak mematikan semangat seorang Kristya Bintara dalam mendirikan Museum Tani Jawa Jogjakarta. Melalui museum ini, dia konsisten melestarikan tradisi budaya pertanian gaya Jawa.

      SUASANA asri menyambut Radar Jogja saat memasuki Candran Kebinagung Imogiri Bantul, Jumat siang (10/10). Hamparan pematang sawah menyejukkan mata siang itu. Hijaunya padi mampu mengalahkan terik matahari yang menyengat. Memasuki gapura desa, puluhan memedi sawah terpasang di beberapa areal persawahan seluas 20 hektare. Tepat di ujung jalan, sebuah bangunan berukuran 8 x 8 meter penuh dengan hiruk pikuk manusia. Ternyata siang itu Museum Tani Jawa Jogjakarta sedang ada gawe pembukaan Gebyar Museum 2014. Di tengah hiruk pikuk itu, nampak satu orang terlihat tegang, yakni Kepala Museum Tani Jawa Jogjakarta, Kristya Bintara. Ia terlihat sibuk mengatur beberapa persiapan.

      Begitu Radar Jogja mencoba menyapanya, senyum pun terkembang.
“Monggo mas, duduk di kursi kayu ini, sambil menikmati semilir angin sawah,” katanya. Mengawali obrolan, Kris -panggilan akrab Kristya- bercerita seputar sejarah museum. Museum sederhana ini digagas sejak 1998. Berdirinya bangunan berarsitektur Jawa ini merupakan wadah komunikasi pertanian tradisional gaya Jogjakarta.

      Menurut pria kelahiran Bantul, 25 Mei 1968 ini, bertani merupakan budaya yang sangat penting. Sedangkan pada waktu itu, museum yang memiliki konsentrasi pada pertanian, tidak ada. Atas inisitif ini pula, dirinya mendirikan museum tani Tujuan mendirikan museum ini, kata Kris, untuk mengomunikasikan budaya pertanian kepada generasi muda. Menu-rutnya, dalam budaya tani, banyak bilai-nilai luhur yang dapat dipelajari. “Tentang nilai kejuangan para petani yang menjunjung kejujuran, kesederhanaan dan bersahaja. Sosok petani adalah manusia yang selalu bersyukur pada sang pencipta. Ini tercermin dengan adanya budaya wiwitan sebelum panen, dan merti desa setelah panen raya,” tutur Kris. Suami perempuan bernama Rusmilah itu menyebut nilai-nilai seperti inilah yang perlu diwariskan. “Ini karena manusia lebih banyak menuntut tanpa menikmati dan berterima kasih atas apa yang diperolehnya,” ungkapnya.

      Tradisi ini, lanjutnya, tetap dilakukan oleh para petani bertradisi Jawa. Meski hasil panen sedikit, kekayaan khasanah tanah Jawa tetap dilangsungkan. Ini bukti bahwa budaya tradisi tetap menjadi pegangan dan tonggak bagi para petani. “Alangkah indahnya ketika nilai-nilai ini bisa dipahami, diterapkan dan dilestarikan. Tidak hanya untuk bertani, filosofi hidup ini juga sangat berman-faat pada kehidupan sehari-hari,” kata ayah dari Khoirun-nisa Candra ini. Selain memiliki misi menjaga nilai-nilai pertanian, Kris juga memberdayakan warga sekitar. Salah satunya dengan mendiri-kan paket wisata tradisi di desanya. Tujuannya untuk menghidupkan perekonomian masyarakat. Terlebih, warga Kebonagung mayoritas merupakan petani sehingga mata pencahariannya sangat bergantung pada tiga bulan sekali. Ini karena usia produktif memasuki masa panen, adalah setiap tiga bulan.
Dalam jangka waktu tiga bulan ini, pundi-pundi perekonomian tersendat. Alhasil banyak petani yang sangat bergantung pada hasil panen tiga bulan kemudian.
Konsep desa wisata yang diterapkan adalah dengan menguatkan nilai-nilai tradisi. “Sehingga menanam padi, menangkap ikan, belut dan bebek di sawah, menjadi kemasan wisata. Setiap wisatawan yang datang dapat menikmati proses pembuatan emping tradisional, lalu tempe alami, juga kekayaan tradisi lainnya,” paparnya.

      Selain itu, Kris juga menyelenggarakan Festival Memedi Sawah. Acara rutin tahunan ini mengajak para petani mengha-dirkan memedi sawah secara kreatif. Selain mengandung nilai seni, juga dapat mengundang lebih banyak pengunjung. Dengan ragam kegiatan ini, Kris dapat menjalankan visi misinya dalam bidang perta-nian. Pelestarian nilai pertanian dengan cara yang menyenang-kan dihadirkan. Imbasnya, baik pelaku atau penikmat, sama-sama mendapatkan nilai tentang pertanian. “Kampanye ini wajib kita galang terus bagi generasi muda. Dulu ada siswa SMP dari Jakarta bertanya pohon nasi itu seperti apa. Ini dilema karena kenyataannya ada yang tidak tahu wujud dari padi,” katanya.

      Kris berharap, ke depannya Museum Tani Jawa dapat menguatkan ketahanan pangan. Ia ingin Indonesia yang dulu terkenal sebagai lumbung Asia bangkit kembali. Ini karena pangan merupakan kekuatan penting dalam sebuah negara. Usahanya untuk menawarkan ke masyarakat masih dalam proses. Sejak tahun 1998 dicanang-kan dan diawali dari museum, Kris masih berusaha. Bahkan dirinya tidak menampik ada kendala dalam pengenalan program-program ini.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Masjid Kampus UGM

 Unknown     12:51 AM     Jogja     1 comment   


       Masjid Kampus UGM pertama kali dibangun bertepatan dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 setelah berkuasa selama 32 tahun. Peletakan batu pertama oleh Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com. Masjid Kampus UGMdigunakan untuk pertama kalinya pada 4 Desember 1999 atau 5 hari menjelang 1 Ramadhan 1420 H, setelah menghabiskan dana sebesar Rp 9,5 miliar. Lantai satu dan lantai dua beserta halaman masjid mampu menampung jamaah sebanyak 10.000 orang.



Masjid Universitas Gajah Mada ini merupakan Masjid kampus terbesar se-Asia Tenggara. Masjid yang menjadi kebanggan khususnya oleh seluruh civitas akademika UGM ini memiliki berbagai keistimewaan. Selain terletak pada wilayah yang luas, bangunan Masjid ini memiliki keindahan arsitektur yang menonjol dan megah.

      Arsitektur bangunan Masjid UGM diadaptasi oleh berbagai gaya arsitektur dari berbagai kebudayaan di Dunia. Arsitektur Masjid Kampus UGM merupakan perpaduan dari gaya arsitektur Masjid Nabawi, kebudayaan Tionghoa, India, dan Jawa. Pengaruh India terlihat melalui penataan pekarangan masjid yang mengadopsi bangunan Masjid Taj Mahal. Arsitektur Jawa terlihat jelas pada bangunan utama dan kubah masjid. Kubah Masjid Kampus UGM berbentuk limasan sebagai representasi rumah adat Yogyakarta yang berbentuk Rumah Joglo dengan atap limasan. Tinggi struktur kubah mencapai 32 meter dengan lebar 21 meter.

     Masjid UGM memiliki wilayah sekitar yang cukup luas. Wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, seperti tempat parkir yang luas, Taman yang telah didesain khusus dengan indah, serta air mancur dan bangunan pendukung masjid seperti gapura yang besar dan menara disekitar Masjid.
Sebagaimana dengan Masjid-masjid lainnya, fungsi utama dari Masjid UGM ini adalah untuk beribadah. Namun kelebihan Masjid ini adalah banyak faktor pendukung yang meliputi kegiatan-kegiatan keagamaannya. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, Masjid ini juga sering digunakan untuk tempat pertemuan. hal tersebut didukung dengan adanya tempat pertemuan di dalam Masjid. Kegiatan perekonomian juga berkembang baik di Masjid Kampus UGM. Terbukti dengan adanya penjual buku disekitaran Masjid. Masjid UGM juga mempunyai menara setinggi 99 meter. Tinggi menara menyesuaikan dengan asmaul husna (nama-nama Tuhan yang baik) yang berjumlah 99 nama.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sendangsono

 Unknown     12:36 AM     Jogja     1 comment   


       Sendangsono adalah tempat ziarah Goa Mariaygterletak di Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Gua Maria Sendangsono dikelola oleh Paroki St. Maria Lourdes di Promasan, barat laut Yogyakarta. Tempat ini ramai dikunjungi peziarah dari seluruh Indonesia pada bulan Meisertabulan Oktober. Selain berdoa, pada umumnya para peziarah mengambil air dari sumber. Mereka percaya bahwa air tersebut dapat menyembuhkan penyakit. Catatan terkait memperlihatkan, Sendangsono awalnya merupakan tempat pemberhentian (istirahat sejenak) para pejalan kaki dari Kecamatan Borobudur Magelang ke Kecamatan Boro (Kulon Progo), atau sebaliknya. Tempat itu banyak dikunjungi karena keberadaan sendang (mata air)ygmuncul di antara dua pohon sono. Kesejukansertakenyamanan tempat itu ternyata juga dimanfaatkan untuk bertapa oleh sejumlah rohaniawan Buddha dalam rangka mensucikansertamenyepikan diri. Nilai spiritualistik munculsertamenguat seiring dengan adanya kepercayaanygdidasarkan pada suatu legenda bahwa tempat itu juga dihuni Dewi Lantamsarisertaputra tunggalnya, Den Baguse Samija Dari situ bisa dilihat bahwa sebenarnya nilai rohani Sendangsono sudah terbangun sebelum Gereja Katolik berkarya di tempat itu.


       Keberadaan Sendangsono tak luput dari peran Romo Van Lith SJ, rohaniawan Belandayglama tinggal di Pulau Jawa. Hal itu juga menandakan bahwa Sendangsono tidak bisa dilepaskan dari lingkaran sejarah Gereja Katolik di Pulau Jawa mengingat Romo Van Lith sendiri merupakan salah satu rohaniwanygmenyebarkan ajaran Katolik di Pulau Jawa. Pada 14 Desember 1904 silam Romo Van Lith membaptis 171 warga setempat dengan air dari kedua pohon sono, termasuk Bapak Barnabas sebagai katekumen pertama. Dua puluh lima tahun kemudian tepatnya 8 Desember 1929 Sendangsono dinyatakan resmi menjadi tempat penziarahan oleh Romo J.B. Prennthaler SJ.



       Patung Bunda Maria di Sendangsono dipersembahkan oleh Ratu Spanyolygbegitu susahnya diangkat beramai-ramai naik dari bawah Desa Sentolo oleh umat Kalibawang.Pada 1945 Pemuda Katolik Indonesia berkesempatan berziarah ke Lourdes, dari sana mereka membawa batu tempat penampakan Bunda Maria untuk ditanamkan di bawah kaki Bunda Maria Sendangsono sebagai reliqui sehingga Sendangsono disebut Gua Maria Lourdes Sendang Sono. Dibangun secara bertahap sejak tahun 1974, hanya dengan mengandalkan sumbangan umat. Budayawansertarohaniawan, YB Mangunwijayaygmemberi sentuhan arsitektur. Konsep pembangunan kompleks Sendangsono ini bernuansa Jawa, ramah lingkungan. Bahan bangunannya memanfaatkan hasil alam.
Tahun 1991, kompleks bangunan Sendangsono mendapat penghargaan arsitektur terbaik dari ikatan arsitek Indonesia, untuk kategori kelompok bangunan khusus. Pada 17 Oktober 2004, diadakan suatu prosesisertamisa ekaristi kudus pada jam 10.00 oleh Mgr. Ignatius Suharyo Pr untuk memperingati 100 tahun Sendangsono.

      Sendangsono terletak beberapa kilometer dari jalan raya, masuk ke jalanyglebih kecil, dibeberapa tempat jalan rusak sedikit tetapi mobil sedan masih bisa lewat dengan mulussertajalan turun naik lumayan tinggi. Memasuki jalan menuju lokasi seperti biasa di kiri kanan terdapat penjual barang-barang rohani, anda mungkin bisa membeli lilin atau jerigen atau botol berbentuk patung Bunda Maria untuk menyimpan air Sendangsono. Komplek ziarahygluasnya hampir 1 hektar ini. Dari pintu gerbang masuk, peziarah akan melewati jalan salib besar. Jalan salib besar ini berawal di gerejaygada di bawah, beberapa ratus meter sebelum lokasi parkir Sendangsono ada jalan menuju ke bawahygpetunjuknya meskipun kurang jelassertakecil tertulis gereja. Dari gereja inilah asal jalan salib lama tersebut. Jarak jalan salib ini sekitar 1 kilometer.

     Di sebelah kanan dibangun jalan salib baruyglebih kecil dalam arti jarak satu perhentian ke perhentian lain sangat dekat hanya beberapa langkah saja. Diorama-diorama kisah sengsara Yesus Kristus berbentuk kecil sajasertadinaungi semacam atap. Di akhir jalan salib, akan memasuki pelataranygdi tengahnya dibagian bawah terdapat keran air untuk mengambil air dari mata air Sendangsono,ygterletak di sebelah atasnya, sumber mata airnyaygdibentuk seperti sumur ditutup.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Monday, November 24, 2014

Embung Banjaroya

 Unknown     2:21 AM     Jogja     No comments   




      Embung Banjaroya Kalibawang dengan kapasitas sampai 10 ribu meter kubik merupakan salah satu kawasan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi waraga Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang. Pembangunan waduk mini tadah hujan merupakan pengembangan proyek dari kebun monokultur durian menoreh sebagai salah satu produk asli Kalibawang.

      Embung adalah tandon air atau waduk berukuran kecil pada lokasi pertanian yang bertujuan untuk menampung kelebihan air hujan dimusim penghujan dan pemanfaatannya pada musim kemarau untuk berbagai keperluan baik di bidang pertanian maupun kepentingan masyarakat banyak. Pembentukan embung pada dasaranya adalah untuk mengairi lahan pertanian terutama pada musim kemarau, manfaat lain dari embung adalah dibidang perikanan yang bisa dijadikan untuk kolam pemeliharaan ikan dan sebagai persediaan minuman ternak maupun untuk keperluan rumah tangga. I. Teknik pembuatan embung meliputi penentuan tekstur tanah, kemiringan lahan, bentuk, ukuran penggalian tanah, kelapisan tanah, kelapisan plastik, penembokan dan pelapisan kapur.

     Embuk Banjaroya memiliki luas 60 x 80 meter dan mampu menampung mencapai 8 – 10 ribu meter kubik air. Air dari embung tersebut bisa mengairi hingga 30 hektar kebun durian yang berada di wilayah tersebut ketika memasuki musim kemarau, selain itu debit air di musim kemarau bisa sampai 2.000 meter kubik untuk stabilisasi waduk dan mengairi kebun disekitarnya.

      Pembangunan Embuk Banjaroya juga difungsikan untuk menjaga kekuatan tanah agar tidak terjadi  longsor ketika memasuki musim penghujan. Melihat strukutur tanah di daerah Kalibawang rentan terhadap longsor, embung ini memiliki fungsi sebagai penahan laju air serta menjaga kekuatan tanah.

      Selain itu, pembangunan embung ini juga bertujuan menjadikan kawasan ini sebagai agrowisata durian serta memperbanyak ikon pariwisata di wilayah Kulon Progo. Pengembangan kawasan ini diharapkan mampu menjadi kawasan penunjang objek wisata yang sudah ada, yaitu Sedangsono dan Suroloyo.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Puncak Suroloyo

 Unknown     12:56 AM     Nature     1 comment   


      Puncak Suroloyo merupakan obyek wisata di daerah Kulonprogo , menyimpan kisah legenda yang sangat terkenal. Yaitu tokoh Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo yang mendapat petunjuk wangsit tentang kekuasaan di tanah Jawa. Beliau mendapat wangsit bila mau menjadi penguasa di tanah Jawa, beliau harus berjalan kearah barat di Keraton Kotagede menuju pegunungan menoreh dan melaksanakan tapa brata di salah satu perbukitan menoreh ini yang sekarang dikenal dengan nama puncak Suroloyo.

      Jalanan dengan kelokan yang tajam, penuh dengan tanjakan diapit oleh jurang dan bukit merupakan hal yang akan menemani perjalanan anda menuju Surolyo. Setelah beberapa waktu menuju perbukitan dengan penuh mendebarkan ini sampailah anda di kawasan Suroloyo dan perasaan anda akan tergantikan oleh pemandangan yang indah menakjubkan.

      Untuk menuju puncak Suroloyo anda harus menaiki anak tangga berjumlah 286 dengan tingkat kemiringan yang lumayan terjal. Sesekali anda harus beristirahat dulu untuk memulihkan tenaga menuju anak tangga berikutnya. Biasanya pada anak tangga yang ke 100, banyak para wisatawan mulai terenggah –engah. Setelah beristirahat secukupnya, anda dapat melanjutkan perjalanan menaiki tangga tersebut dengan hati-hati.

      Begitu kaki anda mulai menginjakkan di puncak Suroloyo maka akan disambut puluhan kupu-kupu, burung gereja dan capung berhamburan seakan menyambut kedatangan anda. Dari Puncak Suroloyo yang mempunyai ketinggian 1.019 m dpl ini, anda akan menyaksikan keindahan lanskap yang luar biasa. Candi Borobudur terlihat mungil dikelilingi 4 gunung sebagai bentengnya yaitu gunung Merapi, gunung Merbabu, gunung Sindoro dan gunung Sumbing.

     Sudah disediakan tiga gardu pandang untuk menikmati keindahan alam dari puncak Suroloyo yang  terbaik adalah saat matahari terbit sampai jam 10.00 WIB karena pemandangan di waktu – waktu tersebut biasannya cerah sehingga pemandangan di bawahnya akan terlihat jelas.

      Ada tiga pertapaan di puncak Suroloyo ini yang dapat kita temui, yaitu pertapaan Suroloyo, Sariloyo dan Kaedran. Kita mulai dari pertapaan Suroloyo yang berupa sebidang tanah dengan ukuran 7×15 m2. Pertapaan inilah yang konon dipakai tempat bertapa oleh Sultan Agung. Dari tempat ini kita arahkan pandangan kita ke utara, nun jauh disana akan terlihat Candi dan kota Magelang. Sedangkan kalau pandangan kita arahkan ke timur, anda akan melihat puncak Merapi yang berdiri gagah diselimuti awan putih.

      Selanjutnya pertapaan Sariloyo yang berada tak jauh dari pertapaan Suroloyo, dari tempat ini anda akan dapat melihat lanskap Gunung Sindaro dan Sumbing dipadu dengan kawasan perbukitan hutang lindung yang indah menghijau. Dari puncak suroloyo berjarak 200 m sebelah barat terdapat gardu pandang yang tak jauh dari tempat tersebut ada sebidang tanag yang disebut Tegal Kepanasan yang berupa tugu setinggi 1 meter yang berfungsi sebagai tanda batas wilayah DIY dan Jateng.
 Dari puncak Suroloyo sekitar 250 meter barat daya terletak pertapaan yang ketiga yaitu pertapaan Kaendran. Dari tempat pertapaan tersebut wisatawan dapat melihat wilayah Kulonprogo sampai pantai selatan. Dapat anda lihat dengan jelas walaupun cukup jauh bentangan pesisir Samudera Hindia dan kawasan pantai Glagah.
      Pada waktu-waktu tertentu puncak Suroloyo ini dipadati oleh pengunjung, terutama setiap tanggal 1 Sura ( 1 Muharram ) dimana terdapat acara upacara “jamasan” pusaka Tombak Kyai Manggolo Murti dan Songsong Manggolo Dewo yang bertempat di sendang Kawidodaren yang terletak 300 meter dari puncak. Semasa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX, kedua pusaka tersebut dititipkan kepada Mbah Manten Hadi Wiharjo, seorang sesepuh di dusun Keceme.

Lokasi

Puncak Suroloyo berlokasi di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta.

Akses
Untuk bisa mencapai Puncak Soroloyo dapat memilih 2 jalur yaitu :
Dari Yogyakarta – Jalan Godean – Kenteng – Nanggulan – Kalibawang – Suroloyo.
Dari arah Semarang atau Magelang : Magelang – Muntilan – Jalan Wates – Kalibawang – Suroloyo.
Rute alternatif : ditempuh dengan jalan kaki melalui Borobudur menuju kearah selatan menuju sub terminal Samigaluh selanjutnya menuju arah Suroloyo.

Fasilitas

Fasilitas yang tersedia di Surolyo hanya berupa warung – warung kecil yang menyediakan makanan dan minuman ala kadaranya. Bila anda melewati daearah Nanggulan, anda dapat menemukan warung sate yang sangat terkenal dan konon tempat tersebut langganan Bupati Kulonprogo untuk menjamu tamu-tamunya.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Monday, November 17, 2014

Museum Rumah Budaya Tembi

 Unknown     11:31 AM     Sejarah     1 comment   


      Museum Rumah Budaya Tembi atau Tembi House of Culture, berlokasi di jalan Parangtritis Km. 8,4 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul Yogyakarta, merupakan sebuah museum yang mengkhususkan pada kebudayaan jawa, khususnya kebudayaan jawa yang berada di desa Tembi. Museum ini buka setiap hari Senin-Jumat, pukul 09.00-16.00 WIB. Luas bangunan utama museum ini seluas 212m2, luas seluruh bangunan ini adalah 1057m2, dan menempati tanah seluas 3500m2.

      Koleksi yang terdapat di museum ini berupa peralatan tradisional masyarakat jawa, seperti: peralatan dapur (tungku, dandang), persenjataan masyarakat jawa (keris, tombak), peralatan untuk bertani (bajak), peralatan seni (gamelan, batik). Di dalam museum juga terdapat koleksi sepeda maupun sepeda motor kuno, poster kuno, foto-foto kuno, bahkan perpustakaannya memiliki koleksi naskah hingga mencapai kurang lebih 5000 buah.

      Fasilitas yang tersedia di Museum Rumah Budaya Tembi, selain berbagai macam koleksi dan perpustakaannya, juga terdapat ruang pameran, meeting room, tempat penginapan, restauran, kolam renang, dan pendopo yang lengkap dengan satu set gamelan. Museum juga menyediakan jasa guide yang akan siap memandu dan juga menjawab setiap pertanyaan tentang Rumah Budaya Tembi. Tersedia juga fasilitas antar jemput bagi pengunjung yang menginap dari bandara atau malioboro ke Rumah Budaya Tembi.

      Kegiatan yang rutin dilakukan setiap bulan adalah pertunjukan tarian nasional dari Sabang sampai Merauke. Pertunjukan wayang juga rutin dipertunjukan di pendopo Rumah Budaaya Tembi dengan dalang lokal yang berdomisili di daerah Bantul. Kegiatan tradisional juga menjadi salah satu paket kunjungan museum. Kegiatan tradisional tersebut meliputi membajak sawah dengan sapi, membatik, bermain gamelan, dll.

      Museum ini diresmikan pada bulan November 1999 di bawah naungan Yayasan Rumah Budaya Tembi. Museum ini diresmikan bersamaan dengan peluncuran buku Ensiklopedi Kebudayaan Jawa. Rumah Budaya Tembi dibuka dengan tujuan tetap melestarikan kebudayaan jawa baik dari cara bercocok tanam, seni, peralatan hidup, bahkan permainan-permainan anak tradisional. Saat ini, Rumah Budaya Tembi dipimpin oleh Bpk. N. Nuranto serta direktur Bpk. Ons Untoro dengan penanggung jawab Bpk. M. Kusalami.

      Untuk mengunjungi museum ini, tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Pendanaan museum ini diambil dari dana pribadi pemilik museum dan para kolektor yang menitipkan koleksinya di museum tersebut. Sumber dana yang lain didapat dari restaurant, penyewaan homestay, meeting room, galeri. Pendopo juga disewakan untuk acara-acara khusus seperti ulang tahun dan pernikahan, yang dapat menjadi salah satu sumber dana yang lain.

     Di dalam pengurusan museum, dibagi dua manajemen antara museum dan penginapan. Namun, dalam pengelolaan segala fasilitas yang ada di Yayasan Rumah Budaya Tembi, tidak terjadi ketidakteraturan. Hal ini karena setiap divisi memiliki pengawasnya masing-masing. Jadi, pengurus museum berbeda dengan pengurus penginapan. Namun, di antara mereka tetap ada kerjasama dan kekompakan.

      Setiap pegawai maupun staf yang ada di Rumah Budaya Tembi sangat kompeten di bidangnya. Misalnya tour guide. Mereka tidak hanya tahu tentang Rumah Budaya Tembi, namun, benar-benar memahami seluk beluk kebudayaan jawa. Seperti cara berdiri, tutur kata, menyambut tamu, dll.

      Dalam kegiatan pemasaran, museum ini mempunyai kerjasama dengan sebuah instansi di Jakarta. Begitu pula di internet. Museum ini mempunyai domain sendiri dengan alamat www.tembi.org, yang tidak hanya memuat seputar museum saja, namun juga tentang segala aktifitas kebudayaan Jawa yang terjadi di sekitaran Jogjakarta. Museum ini juga pernah masuk ke dalam sebuah acara televisi, yang meliput tentang masakan khasnya, yaitu masakan Jawa yang mereka dapat dari sebuah tulisan Jawa Kuno, yaitu serat centini.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman

 Unknown     11:21 AM     History     1 comment   


      Sejarah singkat Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman terletak di Jalan Bintaran Wetan 3, Yogyakarta. Pada masa kolonial Belanda, gedung ini dipergunakan sebagai rumah dinas pejabat keuangan Puro Paku Alam VII. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini dikosongkan dan perabotnya disita. Setelah Indonesia merdeka digunakan sebagai Markas Kompi 'Tukul' Batalion Letkol Soeharto. Sejak 18 Desember 1945 sampai 19 Desember 1948 difungsikan sebagai kediaman resmi Jenderal Sudirman, setelah dilantik menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat.

      Pada masa Perang Kemerdekaan menghadapi Agresi Militer Belanda II, gedung ini digunakan sebagai Markas Informatie voor Geheimen Brigade T tentara Belanda. Setelah pengakuan kedaulatan RI tanggal 27 Desember 1949 difungsikan sebagai Markas Komando Militer Kota Yogyakarta. Selanjutnya digunakan sebagai asrama Resimen Infanteri XIII dan Penderita Cacat. Sejak 17 Juni 1968 sampai 30 Agustus 1982 difungsikan sebagai Museum Angkatan Darat. Peresmian Museum Sasmitaloka Pangsar Jenderal Sudirman dilakukan oleh Kasad Jenderal TNI Poniman pada tanggal 31 Agustus 1982.

      Sudirman lahir pada Senin Pon 24 Januari 1916 di Dukuh Rembang, Bantarbarang, Purbalingga. Pendidikan umum Hollandsch-Inlandsche School, Cilacap, tamat 1931. Melanjutkan ke Taman Siswa dan MULO Wiworotomo, Cilacap, tamat 1934 dan HIK Muhammadiyah, Solo. Saat di MULO ini, Sudirman dididik oleh Suwardjo Tirtosupono, lulusan Akademi Militer Breda Belanda, yang tidak ingin dilantik sebagai Opsir KNIL, tetapi memilih terjun ke pergerakan nasional. Pendidikan militer ditempuh di Pusat Pendidikan Perwira PETA Jawa Boei Giyugun Kanbu Renseitai, Bogor, sebagai Daidancho (Danyon).

      Kepemimpinan dan kepribadian Sudirman teruji di Kepanduan Hizbul Wathon Muhammadiyah, Cilacap. Sudirman disegani oleh masyarakat sehingga dipercaya memimpin Kepanduan Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah, dan Priangan Timur. Karier Sudirman semakin cemerlang, sehingga dipercaya menjadi Wakil Majelis Pemuda Muhammadiyah, guru dan Kepala HIS.

     Sudirman muda bertemu dengan Alfiah saat sekolah di MULO. Keduanya sama-sama aktif di Organisasi Pemuda Muhammadiyah. Tahun 1936 Sudirman menikah dengan Alfiah, putri R. Sastroatmodjo, sosok pedagang yang disegani di daerah Plasen, Cilacap. Keluarga Sudirman yang sederhana dan harmonis dikaruniai 4 putri dan 3 putra.

     Sebagai Komandan Divisi V/TKR Purwokerto, Kolonel Sudirman terjun langsung memimpin anak buah ke gelanggang pertempuran Ambarawa. Dengan taktik Mangkara Yuddha (Supit Urang), selama 4 hari 4 malam Kolonel Sudirman melawan tentara Sekutu yang bersenjata lengkap dan modern. Sekutu berhasil dipukul mundur tanpa sempat menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Palagan Ambarawa merupakan pertempuran heroik yang dimenangkan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan.

      Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Pemerintah RI menyerah dan ibukota Yogyakarta jatuh  ke tangan Belanda disikapi dengan perlawanan Perang Gerilya. Selama 7 bulan perang gerilya dengan rute kurang lebih 1.009 kilometer ini secara strategis merupakan kemenangan politis yang diakui PBB, bahwa RI masih ada dan taktis membuktikan Jenderal Sudirman adalah komandan lapangan, ahli strategi perang yang tangguh, disegani anak buah dan lawan.

     Untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai luhur perjuangan, pengabdian dan jasa Jenderal Sudirman kepada bangsa dan negara yang telah diangkat sebagai Pahlawan Nasional, maka kediaman tersebut diabadikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman.

     Tata ruang dan koleksi Museum Jenderal Sudirman
Benda-benda koleksi otentik Panglima Besar Jenderal Sudirman yang digelar di ruang pameran yang semua merupakan kediaman resmi.

RUANG I: RUANG TAMU
Dipamerkan satu perangkat meja kursi berbentuk munton yang beralaskan babut yang dilengkapi dua lampu gantung model kuno, serasi dengan gedung yang telah berusia satu abad. Meja kursi yang sederhana ini mencerminkan kepribadian Pak Dirman yang sederhana, lebih mengutamakan kepentingan perjuangan bagi bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi. Di ruang ini Pak Dirman biasa menerima tamu pada waktu itu.

RUANG II: RUANG SANTAI
Terletak di tengah gedung, tidak hanya berfungsi sebagai ruang keluarga Jenderal Sudirman dalam membina dan mengasuh putra-putrinya, tetapi juga sebagai ruang tamu. Di ruang ini Jenderal Sudirman sering membicarakan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan perjuangan bangsa Indonesia. Koleksi yang dipamerkan berupa raido kuno merk Philips dan benda pecah-belah yang pernah digunakan oleh keluarga Pak Dirman.

RUANG III: RUANG KERJA
Di ruang ini Pak Dirman menyelesaikan tugas-tugasnya dan mengatur kebijakan perjuangan TNI. Koleksi yang dipamerkan berupa:
Meja kerja, meja kursi tamu, pesawat telepon, lemari arsip.
Replika keris yang senantiasa dipakai Pak Dirman waktu memimpin perang gerilya.
Padang Katana sewaktu menjadi Daidancho PETA.
Senapan Lee Enfield (LE), Vickers dan SMR mitraliur.
Piagam penghargaan dan tanda jasa yang dianugerahkan Pemerintah RI kepada Pak Dirman.

RUANG IV: RUANG TIDUR TAMU
Ruang ini dahulu berfungsi sebagai ruang tidur tamu, baik keluarga maupun teman-teman seperjuangan Pak Dirman. Perlakuan terhadap para tamu sungguh sangat terpuji. Pak Dirman tidak pernah membeda-bedakan para tamu, memperlakukan dan menghormati semua tamu dengan baik sehingga para tamu merasa betah seperti di rumah sendiri. Koleksi yang dipamerkan berupa tempat tidur, almari pakaian, kursi tamu dan lukisan pemandangan.

RUANG V: RUANG TIDUR PANGSAR JENDERAL SUDIRMAN
Ruang ini dipergunakan oleh Pak Dirman sebagai kamar tidur selama tinggal di gedung ini. Koleksi yang dipamerkan berupa tempat tidur, almari pakaian dan sebuah dipan kecil tempat sembahyang serta rekalnya. Pak Dirman dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, yang teguh serta memiliki disiplin tinggi serta sebagai tokoh yang taat beragama, tidak pernah melupakan tugas kewajiban sebagai muslimin, yang taat menjalankan ibadah sholat lima waktu. Koleksi lain yang dipamerkan berupa patung lilin life size Pak Dirman duduk di kursi, lengkap dengan pakaian tradisional, ikat kepala, sandal asli yang pernah dipakai beliau, sebuah lukisan Pak Dirman beserta Ibu Sudirman dengan busana tradisional Jawa dan mesin jahit merk Singer yang merupakan benda kesayangan Ibu Dirman. Mesin jahit tersebut menjadi pelipur lara kesepian di kala Ibu Dirman ditinggal tugas sang suami tercinta dan sering dipergunakan Ibu Dirman untuk menjahit pakaian Pak Dirman serta pakaian putra-putri beliau.

RUANG VI: RUANG TIDUR PUTRA-PUTRI
Bersebelahan dengan ruang tidur Pak Dirman, terdapat sebuah kamar tidur putra-putri dari pernikahan dengan Siti Alfiah, yang dikaruniai sembilan orang anak. Perhatian dan kasih sayang Pak Dirman terhadap putra-putrinya sangat besar. Beliau sering menasehati putra-putrinya agar bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu agar kelak menjadi orang yang berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Negara.

RUANG VII: RUANG SEKRETARIAT
Sewaktu Pak Dirman tinggal di sini, ruang ini dipergunakan sebagai ruang sekretariat. Saat ini dipakai sebagai ruang penyimpanan koleksi benda-benda sejarah yang erat hubungannya dengan jabatan Panglima Besar, berupa seperangkat meja kursi yang pernah dipakai Letkol Isdiman sewaktu mengusulkan Kolonel Sudirman untuk dipilih dan diangkat menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia dihadapan Pak Urip Sumoharjo dan Pak Gatot Subroto. Di dinding ruangan ini terpampang foto setengah badan Letkol Isdiman dan Sumpah Anggota Pimpinan Tentara.

RUANG VIII: RUANG PALAGAN AMBARAWA
Dipamerkan maket Palagan Ambarawa sebagai pertempuran yang membuktikan keunggulan strategi dan taktik Kolonel Sudirman yang turun langsung ke gelenggang untuk memimpin anak buah melawan tentara Sekutu yang memiliki persenjataan modern dan lengkap. Kemenangan pasukan TKR dan laskar rakyat merupakan peristiwa gemilang dalam sejarah perang kemerdekaan di Indonesia. Tentara Sekutu berhasil dipukul mundur ke arah Semarang dengan korban yang sangat besar. Di ruangan ini juga dipamerkan dua pucuk senjata mesin ringan.

RUANG IX: RUANG RS PANTI RAPIH
Panglima Besar Jenderal Sudirman yang selalu bekerja keras tanpa mengenal waktu, mulai terganggu kesehatannya. Dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa paru-parunya terserang penyakit, sehingga paru-paru yang sebelah kiri harus dioperasi di tengah-tengah situasi gejolak Angkatan Perang RI sedang menumpas pemberontakan PKI di Madiun pada akhir November 1948.

Pak Dirman menjalani operasi di RS Panti Rapih, Yogyakarta. Namun mengingat situasi negara bertambah gawat, maka tanpa menghiraukan rasa sakit Pak Dirman masih juga bekerja, mengatur dan menyusun strategi militer dengan para perwira lain sekalipun saat itu harus duduk di atas kursi roda. Peristiwa tersebut digambarkan menjadi diorama evokatif.

RUANG X: RUANG KOLEKSI KENDARAAN
Saat perang gerilya dari Yogyakarta sampai Kediri, Jawa Timur pulang pergi, Jenderal Sudirman pernah naik dokar, mobil serta dibawa dengan tandu yang digambarkan sebagai diorama evokatif.

RUANG XI: RUANG KOLEKSI GUNUNG KIDUL DAN SOBO
Sewaktu Pak Dirman memimpin gerilya, beliau pernah singgah beberapa hari di daerah Wonogiri, tepatnya daerah Semanu, Kabupaten Gunung Kidul. Selanjutnya gerilya bergerak ke timur sampai Kediri, Jawa Timur. Ke arah barat daya sampai di daerah Sobo, Pacitan. Di Sobo inilah Pak Dirman tinggal agak lama. Beliau mulai melaksanakan tugasnya sebagai Panglima Besar secara teratur. Perkembangan situasi politik di dalam dan di luar negeri diikuti dengan cermat dan teratur melalui radio dan surat kabar. Hubungan komando dengan para komandan lapangan TNI maupun PDRI di Sumatera Barat berjalan lancar. Sementara itu Pak Dirman berkesempatan pula menerima kunjungan beberapa orang menteri seperti Susanto Tirtoprodjo untuk membicarakan langkah perjuangan selanjutnya. Di tempat ini pula Pak Dirman menerima Caraka (utusan) Letkol Soeharto (Presiden RI ke-2) yang melaporkan rencana serangan umum terhadap Yogyakarta. Serangan umum yang dilancarkan pada tanggal 1 Maret 1949 berhasil dengan baik dan berpengaruh besar terhadap dunia internasional. Keberhasilan serangan umum itu membuktikan kepada dunia, khususnya Belanda bahwa Republik Indonesia masih ada dan TNI sebagai kekuatan bersenjata masih meneruskan perjuangan mempertahankan Negara Republik Indonesia.

RUANG XII: RUANG DIORAMA
Menggambarkan saat Pangsar Jenderal Sudirman bermarkas di daerah Sobo sejak 1 April hingga 7 Juli 1949. Di ruang ini juga dipamerkan tandu yang digunakan Pangsar Jenderal Sudirman dalam Perang Gerilya dari Kretek menuju Playen, Gunung Kidul dan Route Gerilya dari Yogya sampai Kediri.

RUANG XIII: RUANG KOLEKSI PRIBADI
Jenderal Sudirman telah tiada. Namun jasa-jasanya senantiasa dikenang oleh seluruh bangsa Indonesia sepanjang zaman. Suatu hal yang harus dimaknai oleh generasi penerus Indonesia yaitu keyakinan dalam amanat, 'Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku yang dilindungi benteng Merah Putih akan tetap hidup, tetap menuntut bela siapapun lawan yang akan dihadapi.'

RUANG XIV: RUANG DOKUMENTASI
Koleksi yang dipamerkan berupa dokumentasi foto Perang Gerilya, menjabat Panglima Besar hingga pemakaman Jenderal Sudirman di TMP Kusuma Negara Yogyakarta.

PRIBADI DAN KEPEMIMPINAN PANGLIMA BESAR JENDERAL SUDIRMAN
TAKWA DAN LOYAL
JUJUR DAN MEMBIMBING
SEDERHANA DAN TIDAK MENONJOLKAN DIRI
PENDIAM DAN BERBICARA MEMIKAT PENDENGAR
PENDIRIAN KUAT DAN DISIPLIN TERHADAP KEPUTUSAN MUSYAWARAH
TABAH DAN SABAR MENGHADAPI SITUASI
MENOMORSATUKAN KEPENTINGAN NASIONAL


Alamat:
Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman
Jalan Bintaran Wetan No. 3
Yogyakarta
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Bangunan Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama

 Unknown     11:18 AM     Sejarah     1 comment   


      Bangunan Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1900 dan digunakan berfungsi sebagai tempat tinggal para pejabat/admininstratur perkebunan Belanda di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tahun 1942 dijadikan sebagai markas Tentara Jepang daerah Yogyakara (Syudokan). Pada masa Kemerdekaan dijadikan markas tertinggi Tentara Keamanan Rakyat hal tersebut diartikan bahwa digunakan sebagai markas Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat yaitu Jenderal Sudirman dan sebagai tempat Kepala Staf Letjen. Urip Sumoharjo untuk menyusun Tentara Keamanan Rakyat selanjutnya dijadikan Markas Korem 072/Pamungkas.

      Gagasan pendirian Museum TNI AD ini berawal dalam lingkungan Sejarah Militer AD (SMAD) yang berencana untuk membangun sebuah museum yang akan digunakan untuk menampung benda-benda koleksi perjuangan TNI AD. Dengan pertimbangan bahwa museum TNI AD mempunyai tugas, fungsi dan peranan sebagai bagian dari Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat (DISJARAHAD) dengan sasaran mewariskan nilai-nilai kejuangan para pahlawan, khususnya TNI.

      Kemudian Sejarah Militer Angkatan Darat menjalin kerja sama dengan perintis Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional. Dan hal tersebut direstui oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX dengan dianjurkannya menggunakan sebagian tanah komplek Ndalem Brontokusuman 24 (yang kemudian disebut Museum Perjuangan Yogyakarta). Museum berdiri pada tanggal tanggal 8 September 1959 dan disahkan oleh Kasad dengan Surat Keputusan No. 760/9/1959

      Pada tanggal 17 Juni 1968 lokasi museum ini dipindahkan ke bekas kediaman resmi Pangsar Jenderal Soedirman di Jl. Bintaran Wetan no 3, Yogyakarta. Kemudian terkait dengan kemajuan perjuangan TNI AD yang harus diabadikan dalam museum, maka tempat tersebut lebih tepat difungsikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman. Sedangkan gedung baru yang direncanakan sebagai Museum Pusat TNI AD adalah bekas Benteng Vredeburg di Jl. A. Yani No. 6. Tetapi karena Benteng Vredeburg dipandang lebih tepat untuk dikelola oleh Depdikbud, maka pilihan terakhir jatuh pada Gedung Markas Korem 072/Pamungkas di Jl. Jenderal Soedirman 75. Penggunaan gedung ini dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam gedung tersebut.

      Setelah mendapat persetujuan Kasad, maka dikeluarkanlah surat perintah kepada Pangdam VII/Diponegoro agar menyerahkan gedung tersebut untuk dimanfaatkan sebagai Museum Pusat TNI AD. Berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. Skep/547A/l/1982, tanggal 17 Juli 1982 museum pusat TNI AD disahkan. Kemudian pada tanggal 30 Agustus 1982 diresmikan oleh Kepala Staf TNI-AD Jendera Ponimain dengan nama Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama. Dharma Wiratama yang berarti pengabdian luhur yang telah disumbangkan oleh prajurit TNI AD di bidang Hankam baik berupa senjata maupun amal baktinya di bidang non Hankam kepada negara.

      Koleksi museum berhubungan erat dengan perjuangan bangsa Indonesia. Koleksi museum dipamerkan dalam 21 ruang dan halaman depan museum.

1. Halaman Depan

Di halaman depan terdapat dua Tank Stuart buatan Amerika dengan kaliber 37mm. Di sebelah barat terdapat Meriam Bofors (Meriam Gunung) buatan Swedia tahun 1901 dengan kaliber 7,5 cm. Untuk di depan pintu masuk ruang pengenalan terdapat dua meriam masing-masing berkaliber 37mm buatan Amerika dan kaliber 75mm buatan Jepang. Museum ini terdapat pula bunker/ruang bawah tanah yang berada di belakang aula.

2. Ruang Pengantar

Terletak di bagian tengah depan gedung utama sebagai ruang pengantar para pengunjung untuk memahami nilai dan arti perjuangan serta pengabdian para pahlawan dan pejuang dalam merebut, mengisi, dan mempertahankan kesejarahan Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama". Koleksi yang dipamerkan kronologis sejarah perlawanan terhadap penjajah. Selain itu terdapat pula prasasti peresmian dan foto para mantan Kasad.

3. Ruang Jenderal Sudirman

Ruang ini difungsikan sebagai ruang kerja Jenderal Sudirman sewaktu menjabat Panglima Besar. Koleksi Yang dipamerkan meja kerja, telepon, rute gerilya, kursi tamu dari rotan, dan foto setengah badan.

4. Ruang Letjen. Urip Sumoharjo

Fungsi di ruang ini sebagai ruang kerja. Koleksi yang dipamerkan kursi tamu, telepon, meja kerja, dan foto setengah badan.

5. Ruang Palagan

Di Ruang ini dipamerkan koleksi senjata aktif, alat perlengkapan, pakaian pejuang, seragam tentara PETA dan Tentara Keamanan Rakyat serta lukisan. Terdapat pula kronologi 8 palagan besar di Indonesia yaitu:

a. Palagan Medan (Pertempuran Medan Area)

b. Palagan Palembang (Pertempuran 5 hari 5 malam)

c. Palagan Bandung (Bandung Lautan Api)

d. Palagan Semarang (Pertempuran Lima Hari)

e. Palagan Ambarawa

f. Palagan Surabaya (Pertempuran Surabaya)

g. Palagan Bali (Puputan Margarana)

h. Palagan Makassar


6. Senjata Modal Perjuangan

Berbagai jenis senjata dipamerkan di ruang ini. Baik berupa senjata api atau senjata tajam.

7. Ruang Dapur Umum

Koleksi menggambarkan dapur tradisional rumah rakyat yang terbuat dari bambu dan beratap rumbia yang berperan dalam perjuangan.

8. Ruang Alat Hubung dan Alat Kesehatan

Koleksi alat hubung berupa radio pemancar dan radio penerima. Sedagkan alat kesehatan berupa alat operasi untuk merawat prajurit yang terluka dan sakit saat terjadi pertempuran.

9. Ruang Perang Kemerdekaan

Ruang Perang Kemerdekaan terbagi menjadi tiga ruang. Di Ruang ini digambarkan dharma bakti Angkatan Darat dalam mempertahankan negara kesatuan Indonesia.

10. Ruang Panji-panji

Berikut koleksi panji-panji yang dipamerkan :

a. Panji-panji Kesatuan TNI AD

b. Pataka Kotama/Balakpus

c. Dhuaja Resimen, Brigadir, Korem, Grup

d. Sempana Kodiklatad dan Rindam

e. Tunggul Batalyon

f. Pathola Depo Pendidikan

11. Ruang Gamad

Di Ruang ini dipamerkan berbagai bentuk dan jenis seragam Angkatan Darat meliputi PDH, PDU, PDL beserta atributnya dari tahun 1950 sampai dengan 1980.

12. Ruang Tanda Jasa

Di ruang ini dipamerkan Tanda Jasa /Penghargaan berupa Bintang Jasa dan Satya Lencana sebagai pengakuan dan penghargaan atas jasa para prajurit yang telah berjuang, mengabdi kepada bangsa dan negara sehingga dapat memberikan dukungan moril dan kebanggaan kepada yang bersangkutan, keluarga dan generasi penerus.

13. Ruang Peristiwa

Di ruang ini digambarkan peristiwa pemberontakan PKI, DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat, DI/TII Sulawesi Selatan, gerakan separatis dan Operasi Militer yang digelar TNI dalam rangka memulihkan keamanan, mempertahankan keutuhan wilayah dan menjaga kedaulatan NKRI

14. Ruang Alat Peralatan

Di ruang ini dipamarkan benda-benda bersejarah yang dipergunakan pada gelar operasi satuan Angkatan Darat dalam menanggulangi gangguan keamanan dari pihak-pihak yang merongrong NKRI yang berupa senjata, alat optik, alat perhubungan, dan mesin elekrtonik

15. Ruang Piagam Keutuhan AD dan Kontingen Belanda

Di ruang ini digambarkan situasi tahun 1950, peristiwa rakyat demonstrasi sebagai usaha menyatukan konflik internal Angkatan Darat yang dirintis oleh Kol. Bambang Sugeng dan berhasil dilaksanakan upacara di Istana Gedung Agung yang dipimpin Presiden Sukarno dengsn ditandai tangani Piagam Keutuhan.

16. Ruang Pahlawan Revolusi

Koleksi yang dipamerkan berupa perlengkepan militer dan foto pahlawan revolusi.

17. Ruang penumpasan G 30 S / PKI

Baik berupa senjata, alat transportasi, buku, senjata api menjadi bukti sejarah tentang G30S / PKI.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Pendopo Pangeran Diponegoro

 Unknown     11:04 AM     Sejarah     1 comment   


      Museum ini menempati bekas kediaman Pangeran Diponegoro dan keluarganya. Pembangunan Museum (monumen) ini diprakarsai oleh Mayjen TNI Surono, yang kemudian dilanjutkan oleh Mayjen TNI Widodo. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VII Diponegoro No. 99/7/1968, tanggal 2 Juli 1968 dibentuklah panitia persiapan perencanaan pelaksanaan pembangunan Monumen Pahlawan Pangeran Diponegoro di bekas rumah kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo, Yogyakarta. Ahli waris Pangeran Diponegoro menyetujui jika tanah peninggalan beliau didirikan monumen. Surat psrnyataan tersebut ditandatangani oleh KRT. Prodjodiningrat, Nyi Hajar Dewanfara, dan dr. Sahir Nitihardjo (RA. Kajafin Diponegoro).

      Pangdam VIII/Diponegoro selaku pembina Rumpun Diponegoro, pada tanggal 5 Oktober 1968 menanam prasasti di dalam tanah bekas puri Pangeran Diponegoro. Prasasti tersebut berbunyi Ngesti Paras Gapuraning Tunggal yang menunjukkan angka tahun 1968 M, serta mempunyai arti filsafat "untuk mencapai cita-cita yang indah dengan jalan tenar akan terjalin suatu persatuan". Pada tanggal 9 Agustus 1969 tahap pertama bangunan induk Monumen telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Puro Pakualaman

 Unknown     10:52 AM     Sejarah     No comments   


      Image sebagai kota budaya sudah begitu lekat dengan Yogyakarta. Aura ini juga didukung oleh  berbagai museum dan peninggalan budaya yang pernak pernik di setiap sudut kota Yogyakarta, dan salah satunya adalah Museum Puro Pakualaman. Museum ini berada di bawah naungan Bebadan Museum Puro Pakualaman, diresmikan pada tanggal 29 januari 1981, bertempat di kompleks Puro Pakualaman, berjarak 2 km dari Malioboro kea rah timur. Seluruh koleksi dibagi dalam 3 bagian ruangan di bagian depan sebelah timur kompleks istana Puro Pakualaman. Melalui regol Wiwara Kusuma ( berhiaskan lambang mahkota Praja Pakualaman dan tanaman lung lungan ), dan pintu inilah yang menyambut pengunjung memasuki Museum Puro Pakualaman.

      Dibangun pada tanggal 7 agustus 1884 pada masa pemerintahan Paku alam V, ditandai dengan tulisan berhuruf jawa , wiwara kusuma winayang reksa, regol ini menjadi symbol pengayoman, keadilan dan kebijaksanaan.
Seperangkat singgasana Pangeran Adipati Praja Paku alaman, terdiri atas dua kursi kebesaran dan sebuah meja bundar berhiaskan ukiran dengan sentuhan warna merah dan kuning keemasan yang merupakan koleksi sangat indah di Museum ini. Selain itu, dipamerkan juga sepasang cempuri, (tempat sirih ),kecohan, sebuah songsong ( payung ) Tanggul naga, dan seperangkat singgasana.
Koleksi lainnya adalah sebilah keris dengan dapur Tanggung Blambangan dan dua keris berukuran besar ( yang diberi nama kombakarna dan dasamuka ) karya insinyur Belanda. Juga ada berbagai senjata di zaman VOC berbentuk karabin berlaras panjang dan pendek , kaliber besar dan kecil, beserta tempat peluru dan sangkur, serta berbagai senjata tusuk dan tajam yang merupakan koleksi yang membawa kita mengingat pada kekuasaa VOC.
Berbagai busana kelengkapan Puro Pakualaman menjadi bagian koleksi museum juga, antara lain busana prajurit plangkir, abdi dalem, Pangeran Adipati Praja Pakualaman, Permaisuri Pangeran Adipati Praja Pakualaman, dan busana Bedoyo Samgita Hasta. Benda koleksi lain berupa rebab kuno peninggalan Sri Puro Paku Alam VII dan kereta kebesaran untuk upacara resmi keprajaan.
Museum ini terletak di jalan Sultan Agung Yogyakarta, telp 0274- 372161. Museum buka hari seni n- kamis pukul 08.00 – 13.00 WIB, hari jumat buka pukul 08.00 – 11.00 WIB, dan sabtu, minggu pukul 08.00 – 13.00 WIB.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Monumen Pahlawan Pancasila

 Unknown     10:43 AM     Sejarah     No comments   



      Museum Monumen Pahlawan Pancasila terletak di kopleks Batalyon 403 Kentungan Sleman (dahulu Batalyon L) di tepi sebelah selatan.
Di tempat ini pada tahun 1965 telah terjadi peristiwa pembunuhan terhadap dua orang pahlawan revolusi yaitu Brigadir Jenderal Anumerta Katamso dan Kolonel Anumerta Sugiyono.

      Tujuan didirikannya Museum Monumen Pahlawan Pancasila Kentungan untuk mengenang terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap dua orang pahlawan revolusi dan dapat dijadikan sarana efektif dalam memberikan informasi yang mudah dihayati oleh semua pihak tentang bukti-bukti sejarah kekejaman G30S/PKI tahun 1965 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum ini diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1991 oleh KGPAA Paku Alam VII selaku Gubernur DIY.

      Bangunan Monumen Pahlawan Pancasila bercorak arsitektur rumah tradisional Jawa (joglo). Di halaman bagian dalam terdapat dua patung pahlawan revolusi Kolonel Infanteri Katamso ketika menjabat sebagai Danrem 072/ Pamungkas dan patung pada sisi barat merupakan penggambaran Letnan Kolonel Infanteri Sugiyono ketika menjabat Kasrem 072/ Pamungkas.

      Di dalam bangunan ini terdapat lubang tempat dikuburnya dua jenasah pahlawan revolusi tersebut. Di sebelah selatan lubang terdapat patung Garuda Pancasila yang diletakkan di atas selasar menghadap ke utara yang merupakan lambang perjuangan.Koleksi Museum Monumen Pahlawan Pancasila berupa benda-benda realita dan peralatan-peralatan yang berkenaan dengan peristiwa penculikan kedua pahlawan revolusi.

      Koleksi yang menjadi unggulan adalah dua buah panser replika kendaraan angkutan pada waktu pemakaman jenasah dua orang pahlawan revolusi ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara. Koleksi unggulan lainnya berupa mobil Gaz yang dipakai untuk menculik kedua pahlawan tersebut.

Pelayanan pengunjung setiap hari Senin – Kamis jam 08.00 – 12.00 WIB, Jumat dan Sabtu jam 08.00 – 11.00 WIB.

Lokasi : Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Seni Lukis Kontemporer Nyoman Gunarsa

 Unknown     10:39 AM     Sejarah     1 comment   


      Museum Seni Lukis Kontemporer Nyoman Gunarsa berlokasi di Papringan, Yogyakarta, dirintis oleh Nyoman Gunarsa yang prihatin atas kenyataan bahwa Yogyakarta sebagai kota seni budaya kekurangan museum seni rupa yang representatif, sekaligus untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni lukis.

      Museum ini diresmikan pada 31 Maret 1989 oleh Sri Paku Alam VIII dan Clare Wolfowizt. Museum ini menyimpan sejumlah karya seni lukis kontemporer, di antaranya lukisan "Subali-Sugriwa" dan "Spirit Hamengkubuwono IX". Namun pada tahun 2010, aktivitas museum ini dipindahkan ke Bali dan museum yang di Yogyakarta dinyatakan ditutup.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala

 Unknown     10:34 AM     Sejarah     No comments   



      Museum Pusat TNI AU atau "Dirgantara Mandala" adalah museum yang digagas oleh TNI AU untuk mengabadikan peristiwa bersejarah dalam lingkungan TNI AU, bermarkas di kompleks pangkalan udara Adi Sutjipto Yogyakarta, museum ini sebelumnya berada berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta dan diresmikan pada 4 April 1969 oleh Panglima AU Laksamana Roesmin Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta pada 1978.

Koleksi Museum
Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa sejarah Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan, diantaranya:
Pesawat Ki-43 buatan Jepang
Pesawat PBY-5A (Catalina).
Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi Indonesia)
Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang.
Pesawat pembom B-25 Mitchell, [[B-26 Invader],[[TU-16 Badger].
Helikopter 360 buatan AS.
Pesawat P-51 Mustang buatan AS.
Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang.
Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia.
Pesawat TS-8 Dies buatan AS.
Pesawat Mig-15,17 dan 21 buatan Russia.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Ullen Sentalu

 Unknown     10:24 AM     Sejarah     1 comment   


      Museum Ullen Sentalu, terletak di daerah Pakem, Kaliurang, Kabupaten Sleman, adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Surakarta).

      Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya.
Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita. Museum ini didirikan oleh salah seorang bangsawan Yogyakarta yang dikenal sangat dekat dengan keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta.

      Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan segala aturannya. Keadaan museum yang dibangun dengan baik, mampu membuat pengunjung seperti terserap ke masa Jawa kuno yang mengagumkan.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Wayang Kekayon

 Unknown     10:03 AM     Sejarah     No comments   


 

      Museum Wayang Kekayon adalah museum mengenai wayang yang ada di kota Yogyakarta, tepatnya di Jl. Raya Yogya-Wonosari Km. 7, kurang lebih 1 km dari Ring Road Timur. Museum yang didirikan pada tahun 1990 ini memiliki koleksi berbagai wayang dan topengserta menampilkan sejarah wayang yang diperkenalkan mulai dari abad ke-6 sampai abad ke-20. Wayang-wayang di dalam museum ini terbuat baik dari kulit, kayu, kain, maupun kertas.

      Sama halnya dengan museum Wayang di Jakarta, museum ini mempunyai beberapa jenis wayang, seperti: wayang Purwa, wayang Madya (menceritakan era pasca perang Baratayuda), wayang Thengul, wayang Klithik (mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo),wayang beber, wayang Gedhog (cerita Dewi Candrakirana), wayang Suluh (mengenai sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia), dan lain lain. Berkaitan dengan wayang Purwa, museum ini memiliki beberapa poster yang menggambarkan strategi perang yang dipakai dalam perang Baratayuda antara keluarga Pandawa dan Kurawa, yaitu: strategi Sapit Urang dan strategi Gajah.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Batik

 Unknown     9:59 AM     Sejarah     No comments   



      Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa berkunjung ke Museum Batik Yogyakarta. Museum yang berdiri sejak 12 Mei 1977 ini terletak di Jl. Dr Sutomo 13. A Yogyakarta. Museum ini diprakarsai oleh keluarga Hadi Nugroho dengan mengumpulkan koleksi dari kerabat dan keluarganya sendiri.

     "Museum ini mengumpulkan batik dari lima generasi, kami mengoleksi batik yang bagus dan kami simpan sampai dimuseumkan," ujar Prayogo, kurator di Museum Batik Yogyakarta saat dihubungi ROL, Selasa (2/10).

      Menurut Prayoga, masih banyak yang belum berfikir untuk menyimpan koleksi batik agar bisa dinikmati generasi mendatang. "Ada 1500 kain batik di sini belum termasuk motif batik yang bisa mencapai puluhan ribu, termasuk koleksi dari tahun 1700," imbuh Prayoga.

      Koleksi batik di Museum ini terbilang sangat komplit. Koleksi Museum batik dibagi menjadi tiga kelompok, Batik Pedalaman, Batik Pesisiran Daerah dan Peralatan batik Kuno. "Batik dari daerah Yogya, Solo, Pekalongan, Madura termasuk dalam koleksi batik daerah kita," imbuh Prayoga.

      Museum Batik dibuka untuk umum setiap hati Senin-Sabtu pukul 09.00-15.00 WIB. Tidak hanya menyimpan koleksi batik, Museum Batik Yogyakarta juga menyediakan hotel dan toko batik dan suvenir yang lengkap. Jadi bagi anda yang berwisata ke Yogya, museum batik bisa menjadi alternatif tujuan untuk mengenal budaya Indonesia yang diakui UNESCO sejak 2009 sebagai warisan budaya dunia, batik.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Dewantara Kirti Griya

 Unknown     4:01 AM     Sejarah     1 comment   



      Setelah mengunjungi museum perjuangan, Anda bisa melanjutkan perjalanan keMuseum Dewantara Kirti Griya. Yogyakarta memang dikenal sebagai kota pusat pendidikan, maka tak heran jika di kota yang asri ini Anda bisa menemukan banyak museum dan pusat pendidikan dengan mudah.

      Museum Dewantara sendiri terletak di Jalan Tamansiswa no.31 Yogyakarta. Museum ini adalah museum yang menyimpan banyak kisah tentang bakap Pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Museum ini diresmikan pada tahun 1970. Ki Hajar Dewantara sendiri merupakan keturunan raja yang mempunyai nama asli Soewardi Soerjaningrat.

      Dimuseum Dewantara Anda akan melihat koleksi buku- buku Ki Hajar Dewantara semasa hidup yang diletakkan rapi diatas rak kayu. Anda juga bisa melihat beberapa karya beliau seperti “Aik Ik eens Nederlander was” yang artinya Andai Aku Orang Belanda. Salah satu karya Ki Hajar yang fenomenal lainya adalah “Een Voor Allen maar Ook Allen Voor een” yang artinya satu untuk semua, semua untuk satu.

      Disini juga Anda bisa melihat berbagai barang-barang pribadi milik Ki Hajar Dewantara seperti kursi, tangga nada gamelan Jawa, meja belajar dan juga yang lainnya.
Anda bisa mengunjungi museum ini pada hari senin-sabtu pada pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Anda tidak akan dipungut biaya sepeserpun ketika mengunjungi museum ini.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Perjuangan

 Unknown     3:59 AM     Sejarah     1 comment   



      Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai sejarah bangsanya. Jika Anda ingin memperkenalkan anak anak Anda tentang gigihnya perjuangan pemuda Indonesia saat mengusir para penjajah, Anda bisa mengunjungi Museum perjuangan di Yogyakarta.

      Museum perjuangan yogyakarta terletak di jalan Kolonel Sugiyono no. 24. Museum ini menyimpan banyak sekali barang-barang bersejarah yang merupakan bukti gigihnya perjuangan rakyat Indonesia mengusir para penjajah.

      Museum ini didirikan pada tahun 20 Mei 1985 dan diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengku buwono IX. Tujuan didirikannya museum ini adalah untuk memberi tahu para generasi muda arti perjuangan sekaligus mengingatkan generasi muda Indonesia untuk mencinati sejarah Indonesia.

     Pada waktu liburan, museum ini biasanya ramai dikunjungi oleh para wisatawan, terutama para pelajar mulai dari pelajar tingkat dasar sampai pelajar tingkat atas. Bahkan tak jarang mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai universitas juga mengunjungi museum ini.

      Di dalam museum ini terdapat ratusan barang peninggalan seperti bambu runcing, patung, lukisan jaman perang, meriam, replica kapal VOC dan bahkan tempat tidur yang diguanakan oleh presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno juga bisa Anda lihat disini.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Sunday, November 16, 2014

Candi Sambisari

 Unknown     11:49 PM     History     1 comment   


      Candi Sambisari merupakan salah satu warisan dari era Hindu . Candi ini dibangun pada abad ke-10 sekitar sekitar 812-838 AD . Itu dibangun oleh dinasti Syailendra tepatnya pada masa pemerintahan Rakai Garung .
Candi ini tidak sengaja ditemukan oleh seorang petani pada tahun 1966 ketika ia menggali lapangan. Candi ini diperkirakan akan terkubur oleh material vulkanik dari letusan Merapi pada 1006 . Sebuah penggalian dilakukan setelah itu oleh Pusat Arkeologi Yogyakarta menemulkan tidak hanya bangunan candi tetapi juga artefak lainnya . Artefak yang ditemukan di situs penggalian adalah perhiasan , keramik dan prasasti emas . Penggalian dilanjutkan dengan rekonstruksi candi . Butuh waktu 21 tahun untuk merekonstruksi candi .

     Lokasi Candi Sambisari candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari , Desa Purwomartani , Kecamatan Kalasan , Kabupaten Sleman , Yogyakarta . Lokasinya sekitar 10 Km dari Yogyakarta , atau sekitar 5 Km di sebelah barat Candi Prambanan .

      Apa yang harus dilihat dan dilakukan setibanya di lokasi untuk pertama kalinya Anda mungkin bertanya-tanya mengapa tidak ada candi di situ . Tapi setelah bergerak maju , Anda akan dapat melihat pandangan yang jelas dari kawasan candi . Alasan mengapa Anda tidak dapat melihat candi adalah bahwa lokasi candi di bawah tanah . Candi ini ada sekitar 6,5 meter di bawah tanah . Oleh karena itu , orang sering menyebut candi sebagai kuil bawah tanah .

      Situs ini terdiri dari satu candi utama dan tiga candi yang menyertainya di depan yang utama . Candi ini dikelilingi oleh dua lapisan dinding yang terbuat dari batu putih di total luas 50 × 48 m . Diperkirakan bahwa total luas situs ini jauh lebih besar daripada apa yang dapat dilihat sekarang . Namun, arkeolog mengatakan bahwa candi tidak dapat digali lagi karena ketinggian lahan. Dikhawatirkan jika mereka menggali lebih lanjut candi akan dibanjiri oleh air dari sungai di bagian barat selama musim hujan .

      Memasuki candi utama , Anda akan melihat patung makara didukung oleh dua bintang katai . Di dalam candi induk terdapat patung lingga – yoni merupakan ibadah untuk Shiva . Candi utama di luar dinding memiliki tiga relung di setiap sisi . Relung yang diisi dengan patung-patung . Relung di sisi utara memiliki patung Dewi Durga , sisi timur memiliki patung Ganesha dan sisi selatan memiliki patung Agastya .

     Di depan candi induk tiga candi tambahan di daerah 4,8 meter persegi dan tinggi 5 meter . Kuil-kuil tambahan dibangun tanpa mahkota . Di dalam kuil terdapat platform persegi dihiasi dengan naga dan lotus bentuk . Platform diperkirakan sebagai tempat untuk meletakkan persembahan.

Tiket Masuk Candi Sambisari dan informasi pengunjung
Tiket masuk biaya Rp 2000.
Sebuah ruang informasi yang penuh dengan foto-foto selama penggalian dan rekonstruksi tersedia di dekat candi .
Jalan menuju candi adalah jalan aspal yang dapat dilalui oleh sepeda motor atau mobil .
Tempat parkir tersedia di daerah tersebut .

Cara ke Candi Sambisari
Dengan transportasi umum : mengambil rute bus Yogya -Solo dari Janti dan berhenti di Jalan Yogya-Solo Km 10 ( memperhatikan tanda jalan ) . Dari sana , Anda dapat melanjutkan dengan ojek ( sepeda motor taksi ) untuk sekitar 2 Km .

Dengan kendaraan pribadi : kepala ke rute timur ke Solo . Di Yogya -Solo Km 10 Jalan , menemukan tanda jalan yang menunjukkan arah ke Candi Sambisari dan belok kiri . Terus lurus selama sekitar 2 Km .
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Kota Gede

 Unknown     11:49 PM     Kota     1 comment   


     Warisan kemegahan Kerajaan Mataram abad ke-16 Pada abad ke 14, Pulau Jawa berada di bawah kepempinan kesultanan Pajang yang berpusat di Jawa Tengah. Sultan Hadiwijaya, Sultan yang memimpin pada saat tersebut memberikan hadiah berupa Alas (hutan) Mentaok dengan area yang cukup luas kepada Ki Gede Pemanahan. Hadiah ini diberikan setelah beliau berhasil menaklukkan musuh kerajaan. Selanjutnya, Ki Gede Pemanahan dengan keluarga dan pengikutnya berpindah ke Alas Mentaok, sebuah hutan yang sebenarnya adalah pusat Kerajaan Mataram Hindu pada masa - masa sebelumnya. Beliau membangun desa kecil di hutan tersebut.

      Desa berkembang dan setelah Ki Gede Pemanahan wafat serta digantikan oleh putranya yang bernama Senapati Ingalaga, desa berkembang sangat pesat, menjadi pusat kota yang ramai. Kota tersebut dinamakan Kotagede, yang berarti kota besar. Selanjutnya, Senapati membangun benteng yang mengelilingi keraton. Ada 2 (dua) benteng yang dibangun, yaitu benteng dalam (cepuri) dan benteng luar (baluwarti), mengelilingi kota yang mempunyai area 200 Ha. Kotagede juga dilengkapi dengan parit pertahanan yang lebar seperti sungai, mengelilingi benteng luar. Selanjutnya, terjadi peristiwa perebutan kekuasaan di Kesultanan Pajang, setelah Sultan Hadiwijaya wafat. Putra mahkota yang bernama Pajang, pangeran Benawa, berhasil disingkirkan oleh Arya Pangiri. Dengan berbekal bantuan Senapati, pangeran Benawa berusaha merebut kekuasaan kembali. Arya Pangiri pun akhirnya berhasil ditaklukkan namun beliau diampuni oleh Senapati.

      Setahun kemudian, Pangeran Benawa meninggal dan Senapati ditunjuk untuk menjadi pemimpin Kesultanan Pajang. Sejak saat itu Senapati dinobatkan menjadi raja pertama Mataram Islam, dengan gelar Panembahan. Beliau tidak mau memakai gelar Sultan Pajang, dengan maksud untuk menghormati Sultan Hadiwijaya dan Pangeran Benawa. Dengan menjadi raja Mataram Islam, Senapati menentukan pusat kota dan istana pemerintahannya di Kotagede. Panembahan Senapati akhirnya wafat pada tahun 1601 dan dimakamkan di Kotagede berdekatan dengan makam ayahnya. Kerajaan Mataram Islam kemudian berhasil menguasai hampir seluruh Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia) dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pimpinan raja ke-3, yaitu Sultan Agung (cucu Panembahan Senapati). Pada tahun 1613, Sultan Agung memindahkan pusat kerajaan ke Karta (dekat Plered) dan akhirnya berakhirlah masa Kotagede sebagai pusat kerajaan Mataram Islam.

      Ada sejumlah peninggalan Kotagede yang sangat menarik, sebagai peninggalan kerajaan Mataram Islam, seperti makam para pendiri kerajaan, Mesjid Kotagede, rumah tradisional berarsitektur Jawa Mataram, hingga sisa reruntuhan benteng. Kompleks makam pendiri kerjaan Mataram berada sekitar 100 meter dari pasar Kotagede, dikelilingi tembok besar dan kokoh. Pintu Gapura memasuki kompleks makam ini masih memiliki ciri arsitektur budaya Hindu. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang tebal dengan ukiran yang indah dan dijaga oleh sejumlah abdi dalem berbusana adat Jawa. Ada 3 gapura yang harus dilewati sebelum masuk ke bangunan makam. Uniknya, kita diharapkan untuk menggunakan busana adat jawa untuk memasuki area makam. Pengalaman menarik menggunakan busana layaknya abdi dalem kerajaan Jawa kuno. Kita akan melewati 3 gapura sebelum sampai ke gapura terakhir yang menuju bangunan makam.

      Untuk masuk ke dalam makam, kita harus mengenakan busana adat Jawa (bisa disewa di sana). Pengunjung diperbolehkan untuk masuk ke dalam makam pada Hari Minggu, Senin, Kamis, dan Jumat, dengan periode waktu pada pk 08.00 - 16.00. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk memotret dan mengenakan perhiasan emas di dalam bangunan makam. Sejumlah tokoh penting yang dimakamkan di sini adalah Sultan Hadiwiijaya, Ki Gede Pemanahan, Panembahan Senopati, dan anggota keluarganya. Memasuki makam, suasana terkesan sepi dan tenang, serta sangat khusuk. Keluarga kerajaan, baik kraton Yogyakarta maupun Surakarta, masih menjaga kelestarian makam ini dengan sangat baik. Di dalam kompleks makam, kita juga bisa menemui mesjid tertua di kota Yogyakarta, yaitu Mesjid Kotagede. Selain itu, ada sejumlah rumah tradisional Jawa Mataram, yang bisa dilihat di depan kompleks makam. Masih terawat dengan baik dan rumah tradisional ini masih digunakan oleh penduduk setempat sebagai tempat tinggal. Di sebelah barat daya dan tenggara, kita juga bisa menemukan sisa reruntuhan benteng dengan tembok setebal >1 meter. Sementara, untuk melihat sisa parit pertahanan yang mengelilingi benter, kita bisa beranjak ke sebelah timur, selatan, dan barat.

      Di samping kompleks makam, kita juga bisa mendapati tempat pemandian. Ada pemandian khusus pria dan wanita. Konon, air untuk pemandian pria diperoleh dari sumber di dalam kompleks makam. Sementara, air untuk pemandian wanita, diperoleh dari sumber pohon beringin di depan gerbang utama. Konon, pohon beringin ini ditanam langsung oleh Sunan Kalijaga dan telah berusia lebih dari 500 tahun. Sangat besar dengan ketinggian lebih dari 30 meter, seakan menjadi penjaga kompleks makam kotagede. Di dalam kompleks pemandian ini, terdapat hal unik bagi masyarakat awam. Kolam pemandian bercampur dengan sejumlah ikan dan ada ikan lele berukuran sangat besar bebas berenang di sini. Ukuran panjang lele 80 - 100 cm membuat kita terpesona. Belum lagi ada lele berwarna putih dengan bercak2 hitam, yang relatif langka. Bagi pengunjung yang sekedar berwisata, bisa menikmati cuci muka tangan dan kaki di sumur dekat pemandian. Sangat segar dan airnya bisa langsung diminum.

      Berjalan jalan sambil menelusuri sejarah Kotagede akan menambah wawasan kita terhadap sejarah masa lalu kotagede yang pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Mataram Jawa. Budaya dan sejarah patut dilestarikan karena merupakan asal muasal dari peradaban masyarakat Jawa saat ini. Mengenal kota Yogyakarta tidak akan utuh tanpa berkunjung ke kotagede, pusat kerajaan Mataram masa lalu.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Museum Sandi

 Unknown     11:35 PM     Sejarah     1 comment   


      Museum ini didirikan dengan tujuan untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesiadalam melawan Penjajahan Belanda. Terletak di JL. Kol Sugiono 24 Yogyakarta dan diresmikan pada tahun 1961. bangunan museum sangat unik bernetuk Ronde Templeyang merypakan perpaduan arsitektur gayaromawi kuno dan timur. Yang secara simbolis mencerminkan tanggal kemerdekaan BangsaIndonesia 17 agustus 1945. Museum ini mengoleksi benda-benda sejarah perjuangan, seperti: relief, patung, foto dan mejakursi. Jumalh koleksi sekitar 200 buah tentang sejarah perjuangan bangsa indonesia dari tahun 1908-1949

MUSEUM SANDI
Museum Sandi merupakan museum khusus yang menampilkan berbagai jenis koleksi persandian bersejarah, yang berlokasi di dalam bangunan Museum Perjuangan Yogyakarta. Secara fisik, bangunan Museum Perjuangan berbentuk bulat, dengan garis tengah 30 m dan tinggi bangunan 17 m yang terdiri dari dua lantai. Koleksi Museum Sandi menempati areal lantai dasar bangunan, sedangkan lantai teratas bangunan untuk koleksi Museum Perjuangan Yogyakarta. Pada tampak luar, terdapat Sengkalan pada bangunan Museum Perjuangan yang berbunyi “Anggatra Pirantining Kusuma Negara”


KOLEKSI MUSEUM SANDI
Koleksi Museum Sandi menampilkan alur cerita persandian yang terbagi menjadi 4 (empat) segmen yaitu:
Sejarah kegiatan persandian, dalam lingkup sejarah Indonesia dan dunia, termasuk pada masa merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI.
Sejarah perkembangan ilmu persandian, dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sistem kriptografi klasik, seperti Caesar Cipher, Alberti Disc, Cardan Grille, Vigenere dan lainnya dan sistem kriptografi modern, seperti algoritma DES, Pertukaran Kunci Diffie Hillman, RSA dan Rijndael (AES).
Sejarah peralatan sandi, meliputi peralatan-peralatan sandi karya mandiri (Indonesia) dan luar negeri yang pernah digunakan dalam sejarah kegiatan persandian.
Permainan kripto (cryptogame), yang akan menampilkan permainan menarik seputar sandi menyandi melalui teknologi audio visual.
Berbagai koleksi yang dipamerkan tersebut terdiri dari :
Barang asli atau replika berupa mesin/peralatan sandi, meubeler, tag, sepeda, patung/manekin, etalase (barang keseharian pelaku sejarah sandi), slide sistem dan system-sistem sandi lainnya dan sebagainya.
Dokumen berupa buku kode, lembaran kertas dan sebagainya.
Gambar-gambar berupa foto, peta (napak tilas sandi), lukisan (kegiatan sandi di perundingan) dan sebagainya.
Diorama berupa suasana di pedukuhan dukuh, kegiatan kurir sandi dan lainnya.
Teknologi Multimedia (TouchScreen)


FASILITAS MUSEUM SANDI
Museum Sandi menyediakan berbagai fasilitas, antara lain :
Pusat Informasi, di ruang ini pengunjung mendapat informasi (gambaran) awal tentang apa yang dapat dilihat dan lakukan di museum. Informasi yang tersedia antara lain alur cerita persandian, tayangan multimedia tentang museum, dan denah museum.
Ruang Pameran, merupakan ruangan yang disusun berurutan mengikuti pola alur pengisahan yang telah ditentukan. Ruang pamer ini merupakan bagian utama dan penting dari Museum Sandi. Ruang pamer ini dibagi menjadi beberapa counter yang dilengkapi fasilitas pameran yang bentuk, jenis dan materinya disesuaikan dengan tema cerita yang disajikan. Ruang pamer ini menyajikan tampilan yang relatif permanen.
Ruang/Counter Multimedia, untuk menayangkan film atau animasi yang berkaitan dengan kegiatan sandi atau ilmu sandi. Pada ruang ini juga disediakan suatu sarana permainan yaitu cryptogame bagi pengunjung.
Ruang Penyimpanan dan Perawatan Koleksi, yaitu ruang untuk menyimpan koleksi museum yang tidak di pamerkan dan sekaligus juga sebagai tempat untuk melakukan perawatan koleksi. Ruang ini didesain untuk kemudahan penyimpanan maupun pencarian koleksi dengan fasilitas rak-rak penyimpanan yang sistematis dan hemat ruang.
Ruang Pengelola/Administrasi Museum, dibutuhkan sebagai sarana penunjang penyelenggaraan museum


Museum Perjuangan Brontokusuman
Jl. Kolonel Sugiyono, No 24
Yogyakarta

Buka setiap hari Senin s/d Jum’at pukul 09.00 - 15.00
(Hari Sabtu dan Minggu libur)
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Kota Baru

 Unknown     11:19 PM     Kota     No comments   

       Kotabaru Yogyakarta Kawasan Bangunan Peninggalan Belanda
Ruas jalan yang relatif besar dengan area taman dan pohon-pohon besar dan tanaman buah yang banyak terdapat di ruas jalan ini menandakan bahwa Kotabaru di siapkan sebagai Garden City. Pembangunan wilayah Kotabaru ( dahulu disebut dengan Nieuwe Wijk ) sebagai daerah pemukiman Indische bagi orang Belanda karena perubahan sosial yang terjadi di wilayah Kotabaru Yogyakarta pada waktu itu. Sekitar tahun 1920 an perkembangan bidang industri gula dan meningkatnya ketertarikan terhadap pendidikan dan kesehatan membuat jumlah orang Belanda yang menetap di Yogyakarta semakin bertambah dan meningkat sehingga menuntut percepatan pembangunan hunian baru. Kotabaru merupakan wilayah pemukiman alternatif setelah kawasan Loji Kecil dengan fasilitas lengkap dengan tata kota yang menarik.

 

Kita tidak akan menemukan sebuah gang yang sempit bila menyusuri wilayah Kotabaru Yogyakarta seperti daerah-daerah lain di Yogyakarta. Perencanan wilayah ini berkonsep radial seperti yang diterapkan di kota Belanda sendiri pada umumnya. Sangat berbeda dengan wilayah dan dan tempat lain di kota Yogyakarta yang menganut sistem pola arah angin.

Kotabaru Yogyakarta di rancang sebagai kota yang mandiri dimana setiap bangunan yang berada di tempat tersebut memiliki aksesbilitas yang mudah dan cepat untuk dijangkau. Hal ini bisa dibuktikan dengan melihat model pembuatan jalan yang saling menghubungkan satu dengan yang lainnya.
Bangunan Kuno Peninggalan Belanda di Kotabaru

Sangat mudah kita temukan bangunan peninggalan Belanda di Kotabaru Yogyakarta karena sangat banyak tersebar di seluruh kawasan Kotabaru. Beberapa bangunan kuno yang menarik tersebut antara lain :
Gereja Santo Antonius Kotabaru : bangunan yang memiliki menara tinggi yang terletak di depan gereja, terdapat juga tiang-tiang yang besar terbuat dari semen cor sebanyak 16 buah serta plafon berbentuk sungkup. Gereja ini berdiri tahun 1926, awalnya bernama Gereja Santo Antonius Van Padua. Perubahan nama ini berawal dari tempat ibadah yang dulunya di rumah Mr. Pequin ( depan Masjid Syuhada ) yang banyak sehingga tempatnya tidak mencukupi.
Kantor Asuransi Jiwasraya : pada jaman Belanda merupakan rumah dari salah satu pegawai asuransi Nill Maatschappij. Kemudian pada masa pendudukan Jepang digunakan untuk tempat tinggal perwira tinggi angkatan bersenjata Jepang yang bernama : Butaico Mayor Otsuka. Setelah kekalahan Jepang melawan Sekutu, tempat ini digunakan untuk perundingan pelucutan senjata oleh Muhammad Saleh Bardosono dengan Butaico Mayor Otsuka pada tanggal 6 Oktober 1945.
SMU Bopkri 1 : pada jaman dahulu digunakan sebagai gedung Christelijke MULO dan Akademi Militer.
Gedung SMP 5 : bangunan ini dahulu digunakan untuk Normalschool.
Gedung SMAN 3 : dulu digunakan untuk AMS
Gedung Kolese Santo Ignatius : dahulu merupakan kantor Kementrian Pertahanan dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta yang selanjutnya digunakan untuk markas gerilya Pangsar Soedirman.
Gedung Bimo : bangunan besar dengan rancangan art deco yang berkembang pada tahun 1920-1930. Konsep art deco adalah rancang bangun yang mengutamakan unsur tradisional setempat dengan tetap menerima inovasi baru yang memungkinkan bangunan ini berbeda dengan bangunan yang lain.
Sederetan bangunan kuno yang lain juga dengan mudah kita temui seperti : gedung bekas Kementrian Luar Negeri di simpul jalan menuju jembatan Gondolayu, rumah Brigjen Katamso di sebelah timur Stadion Kridosono, bangunan yang sekarang digunakan sebagai kantor Dinas Pariwisata dan bangunan gardu listrik hasil karya Belanda pada waktu itu.

Sebagai bentuk penghargaan terhadap para pahlawan yang berjuang pada peristiwa Serangan Kotabaru tanggal 7 Oktober 1945, seluruh nama jalan di wilayah Kotabaru menggunakan nama-nama pahlawan tersebut.

Salah satu daya trik Kotabaru Yogyakarta yaitu terdapatnya Jembatan Kewek, yaitu jembatan penyeberangan yang melintasi Kali Code yang menghubungkan Stasiun Tugu dengan Kotabaru. Secara resmi namanya jembatan Kerkweg, tetapi orang jawa biasa menyebutnya Kreteg Kewek
Lokasi Kotabaru Yogyakarta

Kotabaru saat ini menjadi nama kelurahan yang terletak di Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Akses menuju KotabaruYogyakarta

Kotabaru sangat mudah dijangkau, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dari Tugu Yogyakarta – ke arah selatan – Jalan Pangeran Mangkubumi – jalan menurun ambil jalur kiri ke arah Kotabaru. Sedangkan bila mengambil jalur kekanan menuju Malioboro.

Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Candi Morangan

 Unknown     8:23 AM     History     No comments   


 

      Selain Kabupaten Magelang yang merupakan rumah bagi situ candi, Kabupaten Sleman juga tak Kalah dengan Magelang, Puluhan candi terdapat di Kabupaten Sleman ini, dari yang belum dikenal wisatawan luas, sampai yang sudah terkenal luas oleh wisatawan dalam negeri dan wisatawan mancanegara, tentunya hal ini sangat menarik untuk diteliti, dipelajari dan dilihat kemegahan dan keunikan setiap candinya. Di Kabupaten Sleman ini anda bisa menemukan situ candi yang unik dan menawan” candi morangan”. Candi morangan terletak di Dusun Morangan,Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dicandi yang ditemukan sejak jaman penjajahan ini anda akan menemukan berbagai arca dan relief yang menarik untuk dilihat. Candi ini bisa anda jadikan tujuan wisata ataupun alternatif wisata anda saat berkunjung ke Yogyakarta, kepuasan untuk mengetahui lebih dalam situs candi di Indonesia akan anda dapatkan.

      Candi yang diperkirakan dibangun pada pada abad ke-9 dan ke-10 ini mempunyai peninggalan- peninggalan yang sangat menarik, disini anda bisa menemukan 2 reruntuhan candi yaitu candi induk dan candi perwara, selain itu berbagai arca dan relief juga bisa anda temukan. Candi induk dan candi perwara ini masih dalam proses penyusunan dan pemugaran, sedangkan untuk arca anda bisa menemukan, arca nandi yaitu merupakan kendaraan dewa siwa. Relief- relief yang sangat menarik seperti arca kala yang dikanan kiri wajahnya terdapat sebuah mahluk kecil membawa sebuah pentungan seperti melambangakan sebuah dwarapala yang merupakan mahluk penjaga gerbang. Relief- relief direruntuhan candi ini memang sangat menarik dan unik untuk dilihat, tidak akan kecewa jika anda berkunjung ke situs candi ini.

   Di situs candi morangan ini juga terdapat 3 yoni yang masih dalam kedaan bagus, yoni yang terdapat di candi ini merupakan gambaran bagaiman situs candi ini dulu dipergunakan sebagai tempat peribadatan umat hindhu. Selain candi morangan ini anda juga bisa datang dan berwisata di situs candi lainya yang berada di Kabupaten Sleman, seperti candi kalasan,candi ijo dan candi sambisari yang tak kalah menarik untuk dilihat dan diteliti sejarah dan kebudayaannya. Jadikan candi marongan sebagai tujuan wisata anda untuk menambah daftar situs candi yang pernah anda kunjungi.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Candi Sojiwan

 Unknown     8:09 AM     Sejarah     No comments   


Candi sojiwan terletak di desa sojiwan, Kelurahan Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propoinsi Jawa Tengah. Candi Sojiwan merupakan candi penginggalan dari Dinasti Mataram Kuna abad VIII-X Masehi. Candi tersebut didirikan sebagai bentuk penghormatan dari Raja Balitung kepada neneknya yaitu Nini Haji Rakryan Sajiwana. Candi sojiwan merupakan bangunan Budha, Candi ini berbentuk segi empat dan menghadap ke barat sesuai dengan ajaran agama Budha yang mempunyai keterkaitan kepada matahari sebagai sumber kehidupan ( Dewa Matahari). Bentuk bangunan dan relief pada candi Sojiwan mempunyai hubungan dengan dengan candi Plaosan, jadi bangunan tersebut berasal dari periode Jawa Tengah akhir dan diperkirakan didirikan pada pertengahan abad IX. Di kaki candi Sojiwan terdapat 16 panel yang berisi relief yang masih dapat dimengerti ceritany, sedangkan tiga panel lainnya sudah tidak pada tempatnya lagi. Pada relief tersebut memuat ajaran moral agama Budha dalam bentuk fabel (cerita binatang. Untuk memutari candi yang ditempuh adalah pradaksina ialah sikap yang selalu meletakkan candi pada sisi sebelah kanan kita.dan kita bisa mengitari candi pada sisi sebelah kiri kita disebut prasawya. Dalam candi sojiwan terdapat motif hias tumbuhan (sulur dan recal citrant), selain itu juga terdapat motif manusia dan binatang pada bagian candi. Di bagian pintu masuk dari barat terdapat Makara yang merupakan perpaduan antara binatang gajah, ikan, dan singa. Pada bagian gapura masuk terdapat Kala yang tidak memiliki rahang dan merupakan motif Kala bagian Jawa Tengah.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Candi Ijo

 Unknown     8:01 AM     Sejarah     No comments   



      Candi Ijo dibangun kira-kira pada abad ke-9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno . Candi ini merupakan akulturasi dari budaya Budha dan Hindu dilihat dari ornamen yang ditemukan di kuil .

Patung kala makara ( kala : raksasa ; makara : dragon ) di pintu masuk menandakan pengaruh Budha itu . Sementara keberadaan tiga candi anak menunjukkan penghormatan ke arah trimurti Dewa Hindu itu : Brahma , Wisnu dan Siwa .

Lokasi Candi Ijo
Secara administratif , Candi Ijo terletak di bukit Ijo , Nglengkong dusun , dusun Groyokan , Desa Sambirejo , Kecamatan Prambanan , Kabupaten Sleman , Yogyakarta . Hal ini di sisi selatan kompleks Istana Ratu Boko .

Apa yang harus Dilihat dan dilakukan
Terletak 410 meter di atas permukaan laut , pengunjung bisa menikmati pemandangan dari atas bukit Ijo. Timur laut adalah pemandangan kota Klaten sementara di selatan Anda bisa melihat tebing dan lembah hijau daerah Piyungan . Menghadap ke barat Anda akan menyaksikan pemandangan hijau lapangan dan Bandara Internasional Adisutjipto . Pemandangan Gunung Merapi dan Candi Prambanan juga dapat dilihat dari kompleks Candi Ijo .

Candi ini terdiri dari 17 konstruksi yang terletak di 11 teras . Candi utama terletak di titik tertinggi dari kompleks . Mereka berada di teras 11 bersama tiga candi perwara . Teras 11 ini adalah satu-satunya yang telah dipulihkan . Teras lainnya masih dalam proses pembangunan .

Di kompleks candi , wisatawan dapat menikmati keindahan relief peta yang ditampilkan di kuil dan keunikan patung-patung yang ditemukan di daerah tersebut . Dari pintu masuk Anda akan melihat kepala kembar kala makara dan atributnya . Di dalam kuil utama Anda akan menemukan ceruk di Utara, Selatan dan Tenggara dinding . Di tengah-tengah kuil adalah sebuah platform yoni dalam bentuk ular dan kura-kura kombinasi . Selain itu, Anda akan menemukan fungsi tempat sebagai tempat di mana korban kebakaran dilakukan di dalam salah satu kuil anak . Pengorbanan api menunjukkan bahwa candi adalah dedikasi untuk trimurti Hindu Brahma , Wisnu dan Siwa .

Tiket masuk Candi Ijo dan Informasi pengunjung
Tiket masuk Gratis
Candi ini dapat dikunjungi pada 7:30-15:00 WIB
Kenakan sepatu kets atau sepatu yang nyaman karena Anda akan mendaki bukit .
Membawa air atau makanan ringan dan sun block karena warung jarang ditemukan .

Cara ke Candi Ijo
Dengan transportasi umum : Ambil Transjogja rute 1A atau 1B dan berhenti di shelter Prambanan . Perjalanan ke kuil dapat dilanjutkan dengan mengambil ojek ( taksi motor ) ke selatan sampai Anda melihat tanda jalan yang menunjukkan arah ke kuil Ijo .

Dengan kendaraan pribadi : Berangkat dari pusat Kota Yogyakarta , kepala ke timur untuk rute ke Candi Prambanan . Sesampainya di persimpangan Prambanan atau pasar Prambanan , belok kanan di lampu lalu lintas . Terus lurus selama sekitar 15 menit sampai Anda menemukan tanda jalan yang menunjukkan arah ke kuil Ijo . Ikuti tanda jalan sampai Anda menemukan candi .
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Candi Plaosan

 Unknown     7:41 AM     Sejarah     No comments   


      Candi Plaosan sebenarnya merupakan kompleks candi . Candi Budha dibagi menjadi dua bagian , Plaosan Lor ( lor : utara ) dan Plaosan Kidul ( kidul : selatan ) . Hal ini diperkirakan dibangun pada awal abad ke-9 selama pemerintahan Rakai Pikatan .

      Argumen ini didukung oleh Sri Kahulunan prasasti tertanggal 842 AD yang menyatakan bahwa Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan dengan dukungan dari suaminya . Diperkirakan bahwa Ratu Sri Kahulunan adalah Pramodhawardhani , putri Raja Samaratungga dari dinasti Syailendra . Dia menikah dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya . Pramodhawardhani adalah Buddha sedangkan Rakai Pikatan adalah Hindu . Candi ini dikenal sebagai simbol cinta mereka .

Lokasi Candi Plaosan
Candi Plaosan terletak di Dusun Bugisan , Desa Prambanan , Kecamatan Klaten , Jawa Tengah . Sekitar 20 Km ke arah timur Yogyakarta atau 1,5 Km dari Candi Sewu .


      Apa yang harus dilihat & diLakukan kompleks Plaosan menempati 2.000 meter persegi tanah dan terletak 148 meter di atas permukaan laut . Mengunjungi candi , Anda akan dapat menikmati pemandangan sawah di kuil sekitarnya . Plaosan terdiri dari dua candi utama dikelilingi oleh dinding batu . Setiap dinding batu dikelilingi oleh total 174 candi perwara . Hampir semua candi perwara berupa reruntuhan . Di bagian barat dari dinding sekitarnya adalah gerbang batu dengan hiasan mahkota di atasnya .

      Candi utama diletakkan di atas platform 60 cm. Dihiasi dengan dekorasi yang indah diukir secara rinci . Tangga ke candi memiliki kepala naga ornamen pada pegangan nya . Dekorasi unik lainnya adalah kepala Kala ditempatkan di atas pintu masuk . Berbeda dengan hiasan Kala di Candi Barong , Kala di Plaosan tidak memiliki rahang bawah . Dinding luar dari dua candi dihiasi dengan relief berukuran hampir – manusia. Relief di dinding selatan digambarkan sosok laki-laki sedangkan bantuan di dinding utara menggambarkan sosok perempuan .

     Memasuki candi , candi dibagi menjadi enam kamar . Di ruang tengah tiga patung Buddha duduk berdampingan di panggung . Di dinding kiri dan kanan adalah ceruk yang digunakan sebagai tempat untuk lentera . Relung yang diukir dengan relief Kuwera dan Hariti .
Desain yang sama dapat ditemukan di Plaosan Kidul yang merupakan tempat relief Boddhisatva atau populer sebagai Bunda semua Buddha . Sekitar candi adalah sawah .

Tiket Candi Plaosan dan informasi pengunjung
Untuk memasuki candi saat ini gratis . Namun, pengunjung diharapkan untuk memberikan beberapa sumbangan yang nantinya akan digunakan untuk pemeliharaan candi .
Selain dari tiket masuk gratis , pengunjung diwajibkan untuk membayar biaya parkir .

Rute ke Candi Plaosan
Dengan transportasi umum : Naik bus dari Janti bahwa rute ke Yogya – Solo. Berhenti di lampu lalu lintas pertama setelah Candi Prambanan atau sekitar Km 18/19 . Lanjutkan dengan mengambil ojek ( taksi motor ) untuk sampai ke kuil .

Dengan kendaraan pribadi : Mengemudi dari Yogyakarta , kepala timur untuk rute Candi Prambanan . Ambil belok kiri di lampu persimpangan lalu lintas pertama setelah Candi Prambanan (lihat kantor pos di sisi kiri ) . Sesampainya di persimpangan lain dengan lampu lalu lintas , berbelok ke kiri ( utara ) dan kepala ke Manisrenggo . Terus lurus sampai Anda menemukan candi di sisi kanan jalan .
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Newer Posts Older Posts Home

Popular Posts

  • Gunung Api Purba
    Indahnya Gunung Api Purba Yogyakarta        Gunung api purba Nglanggeran memang purba sekali dengan usia 60 juta tahun yang lokasiny...
  • Candi Borobudur
    Candi Borobudur         Candi Borobudur merupakan satu-satunya candi budha terbesar di dunia sampai saat ini. Meskipun sekarang sudah...
  • Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman
          Sejarah singkat Museum Panglima Besar Jenderal Sudirman terletak di Jalan Bintaran Wetan 3, Yogyakarta. Pada masa kolonial Belanda,...
  • Monumen Jogja Kembali
           Monumen Jogja Kembali merupakan ikon tempat wisata diYogyakarta selain Keraton Yogyakarta. Monjali mulai dibangun pada 29 Juni 19...
  • Taman Sari
    Taman Sari Yogyakarta Taman sari yogyakarta | Umbul Pasiraman Taman Sari Jogja atau Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Wa...

Categories

  • Alam
  • History
  • HotelsYogyakarta
  • Jogja
  • Kota
  • Nature
  • Pantai
  • Sejarah

Blog Archive

  • May (6)
  • November (51)
  • October (7)

Total Pageviews

Labels

  • Alam
  • History
  • HotelsYogyakarta
  • Jogja
  • Kota
  • Nature
  • Pantai
  • Sejarah

Contributors

  • Unknown
  • Unknown

Followers

Sample Text

/*
*/

Copyright © Explore-Indonesia | Powered by Blogger
Design by Andy Sanjaya | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Andy Sanjaya